Ustaz Prawoto Jatuh Dianiaya Menggunakan Linggis Sepanjang Satu Meter Berbobot Hampir 8 Kg
Prawoto dikejar oleh pelaku lalu dianiaya oleh Asep Maftuh (45) hingga luka berat dan akhirnya meninggal dunia.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Penganiayaan yang dialami ustaz HR Prawoto (40) tergambar pada prarekonstruksi yang dilakukan di lokasi kejadian di Cigondewah, Bandung Kulon, Kota Bandung, Jumat (2/2/2018) siang.
Prawoto dikejar oleh pelaku lalu dianiaya oleh Asep Maftuh (45) hingga luka berat dan akhirnya meninggal dunia.
Prarekonstruksi dipimpin Kasat Reskrim Polrestabes Bandung, AKBP M Yoris Maulana.
"Prarekonstruksi digelar sesuai keterangan saksi di lokasi kejadian," ujar Yoris seperti dikutip dari Tribun Jabar.
Adegan yang diperagakan pada prarekonstruksi dimulai dari adegan Prawoto yang berada di dalam rumah, keluar karena namanya dipanggil-panggil oleh Asep Maftuh, tetangganya.
Selain berteriak-teriak, Asep juga memukul-mukulkan linggis ke dinding rumah Prawoto.
Baca: Saat ke Luar Rumah HR Prawoto Malah Dikejar dan Dianiaya Asep hingga Meninggal
Prawoto keluar rumah dan menegur Asep. Ketika melihat gelagat buruk, Prawoto menghindar.
Namun Asep mengejar dan menganiaya tokoh agama yang berstatus Komandan Brigadir Persatuan Islam Indonesia (Persis) itu.
"Rangkaian-rangkaian adegan ini untuk bahan penyidikan. Ada 15 adegan prarekonstruksi di antaranya di dekat rumah korban, lapangan burung, dan lokasi korban jatuh yakni di rumah Ibu Eni. Korban jatuh akibat dianiaya menggunakan linggis sepanjang 1 meter dan berat hampir 8 kilogram," papar Yoris.
Polisi menangkap Asep Maftuh beberapa jam setelah penganiayaan, Kamis (1/2/2018).
Ada dugaan Asep menderita gangguan jiwa. Polisi kemudian membawa Asep ke RS Jiwa Cisarua untuk diperiksa secara medis.
Onan (38), tetangga pelaku dan korban mengatakan bahwa Asep Maftuh alias Encas, memiliki perilaku aneh.
Baca: Zumi Zola Terima Gratifikasi Rp 6 Miliar dari Sejumlah Proyek di Provinsi Jambi
Perilaku tersebut muncul sejak sekitar lima bulan lalu.
"Panggilannya Encas, dia suka memukul-mukulkan besi dan memasang musik yang volumenya keras. Kalau malam Minggu suka memutar musik dangdut," kata Onan kepada Tribun Jabar di Blok Sawah, Kelurahan Cigondewah Kidul, Kecamatan Bandung Kulon, Kamis malam.
Para tetangga terganggu suara musik yang diputar Asep. Ada di antara mereka yang kemudian menegur Asep.
Bila ada yang menegur, Asep segera mematikan musik dan menutup pintu rumahnya.
Onan juga kerap melihat Asep Maftuh membakar sejumlah benda di dalam rumahnya.
Terkadang, kata Onan, tanpa alasan jelas, Asep menyiramkan air ke orang yang lewat di dekatnya.
Onan menambahkan, jika diajak bicara, Asep bisa merespons lawan bicaranya secara normal.
Ada kesungkanan dari warga untuk menegur pelaku. Alasannya, pelaku merupakan orang yang cukup lama tinggal di wilayah tersebut.
Baca: Guru Budi Muntah dan Tak Sadarkan Diri Saat Tiba di Rumah, Nyawanya pun Tak Tertolong
Menurut Onan, Asep lahir dan besar di Blok Sawah.
Menurut warga, Asep Maftuh memiliki empat anak. Namun rumah tangga Asep kandas beberapa waktu lalu.
Sebelum bercerai, kata Onan, Asep Maftuh termasuk warga rajin salat. Sementara dalam kurun lima bulan terakhir, Onan tidak pernah melihat Asep berangkat salat Jumat.
Terpisah, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan prihatin atas dua peristiwa penganiayaan terhadap ulama yang terjadi dalam waktu berdekatan.
Peristiwa pertama menimpa KH Umar Basri alias Ceng Emon (60), pengurus Pondok Pesantren Al Hidayah, Cicalengka, Kabupaten Bandung, yang dianiaya seorang pria berinisial A (55), Sabtu (27/1/2018) pagi.
Sedangkan peristiwa kedua terjadi pada Kamis (1/2/2018) lalu dan menimpa Komandan Brigadir Persis, HR Prawoto.
"Tentu kita prihatin dan berbelasungkawa atas dua tokoh yang dianiaya dan salah satunya meninggal dunia," kata Aher di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (2/2/2018).
Aher pun meminta kepada aparat kepolisian agar segera mengusut tuntas dua kejadian tersebut.
"Tanpa menyangka-nyangka atau mereka-reka ada apa di belakang itu, tentu bukan urusan kita. Maka saya meminta kepada kepolisian untuk mengusut tuntas peristiwa ini," ujarnya.
Aher menambahkan, peristiwa penganiayaan tersebut diharapkan tidak mengganggu kondusivitas keamanan di Jawa Barat.
"Dari peristiwa itu kita tentu harus segera melakukan langkah mengajak serta masyarakat Jawa Barat secara bersama-sama aparat terkait, TNI, Polri bersiaga menjaga rasa aman di Jawa Barat, jangan sampai ada gangguan rasa aman yang sudah jadi milik bersama ini," katanya. (adi/kps)