Mengintip Kehidupan Pengemis di Bali: Hasilkan Rp 9 Juta Per Bulan, Setara Gaji Asisten Manajer
Mengemis ternyata menjadi pekerjaan rutin yang dinikmati bagi sejumlah orang, bukan lagi keterpaksaan akibat tekanan ekonomi yang berat.
Editor: Dewi Agustina
Seorang pengemis lainnya yang membawa bayi datang menghampirinya. Mereka berdua kemudian terlibat dalam obrolan, dan sesekali tertawa.
Selama mengemis, sehari-hari mereka tinggal di emperan toko di seputaran Ubud.
Namun, keduanya mengaku memiliki rumah di Padang Sari, Desa Tianyar Tengah, Kecamatan Kubu, Karangasem.
"Saya mau mandi dulu ya, mau pergi," kata salah satu pengemis lalu buru-buru pergi saat Tribun Bali mendekat untuk mengajaknya mengobrol.
Baca: Dua Hari Terakhir Nia Masak Nasi Selalu Basi, Ternyata Keponakannya Jadi Korban Crane Roboh
Di Ubud, para pengemis biasanya memilih tempat mangkal di kawasan dekat barat Patung Arjuna hingga satu kilometer ke arah barat.
Rutin Menabung di Bank
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Karangasem, Ni Ketut Puspakumari, membenarkan bahwa penghasilan seorang pengemis dari Munti Gunung bisa sampai Rp 9 juta dalam sebulan.
Mereka, menurut Puspakumari, kebanyakan beroperasi di kawasan Ubud, Denpasar dan di perbatasan Kuta-Denpasar.
"Sekarang lebih sedikit yang beroperasi di Kuta, lebih banyak di Ubud. Sasaran operasinya memang daerah yang banyak wisatawan asing. Kami pernah mendata, penghasilan para pengemis itu antara Rp 6 juta hingga Rp 9 juta sebulan. Karena itu, sulit untuk menghentikan mereka mengemis. Hasilnya banyak," kata Puspakumari saat ditemui Tribun Bali, Rabu (31/1/2018) lalu.
Dinsos Denpasar pernah menemukan seorang pengemis yang membawa tas berisi duit sebesar Rp 4.744.000 saat si pengemis dibawa ke Kantor Dinsos setelah kena razia Satpol PP setempat pada 2017 lalu.
Pengemis itu mengaku mendapatkan uang sebanyak itu dalam satu minggu meminta-minta.
Bahkan dari keterangan sejumlah pegawai bank di Ubud, para gepeng (gelandangan dan pengemis) yang beroperasi di Ubud rutin menabung ke bank setiap bulan, dengan nominal Rp 2 juta hingga Rp 6 juta.
"Sulit menertibkan. Sekarang ditangkap, setelah dilepas beberapa hari kemudian, mereka beroperasi lagi. Itu karena mereka bisa hidup enak dengan meng-gepeng. Mereka bisa beli handphone, bisa menabung jutaan rupiah setiap bulan," ujar Kepala Dinas Satpol PP Gianyar, Cokorda Agusnawa, Senin (29/1/2018).
Pura-pura Cacat
Menurut Kepala Satpol PP Denpasar, I Dewa Gede Anom Sayoga, di Denpasar lebih banyak pengemis dari luar Bali daripada pengemis lokal (Bali).