Ini Komentar Mahfud MD Saat Mengunjungi Keluarga Guru Budi yang Tewas Aniaya Muridnya
Tragedi siswa menganiaya guru di Sampang Madura mengguncang dunia pendidikan di Indonesia.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SAMPANG - Tragedi siswa menganiaya guru di Sampang Madura mengguncang dunia pendidikan di Indonesia.
Sejumlah tokoh dan pemimpin bangsa menyesalkan peristiwa itu terjadi.
Tak terkecuali mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD, yang menyampaikan komentar menohok soal runtuhnya budaya menghormati guru dan orangtua.
Baca: Bayi Asal Kerinci Meninggal di Malaysia, Kisahnya Bikin Haru
Mahfud MD memberi perhatian besar terhadap kasus tewasnya Ahmad Budi Cahyono, guru kesenian SMAN 1 Torjun, Kabupaten Sampang, seusai dianiaya muridnya.
Mahfud bersama rombongan Keluarga Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) menyambangi rumah almarhum Budi di Desa Jrengik, Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang, Madura, Minggu (4/2/2018).
Menurut laporan Kompas.com yang dikutip Surya.co.id, Mahfud diterima janda almarhum, Sianit Shinta dan ayah Budi, M Satuman Ashari, serta keluarga Budi lainnya.
Baca: Mengharukan, Rumah Guru Budi yang Tewas Dianiaya Muridnya Terus Kebanjiran Pelayat
Mahfud mengatakan, wafatnya Budi pada Kamis (1/2/2018) semata-mata merupakan runtuhnya moralitas pendidikan.
Banyak anak-anak sudah tidak menghormati orang tua.
Kondisi ini menjadi tantangan semua kalangan ke depan.
"Orang tua, masyarakat, tokoh masyarakat dan pondok pesantren memiliki tugas sentral untuk membangun mentalitas pendidikan dan penguatan ahlak, budi pekerti sejak dini kepada anak-anak," ujar Mahfud.
Baca: Pengunggah Postingan Penganiayaan Santri di Garut Tidak Bermaksud Meresahkan Warga
Menurut pria kelahiran Sampang tersebut, era globalisasi melahirkan dunia baru berupa proxy war yang mengarah saling merusak mental bangsa.
Akar budaya bangsa mudah tergerus jika generasinya tidak memiliki karakter dan moralitas yang kuat.
Hal ini terjadi di Kabupaten Sampang saat ini, di mana kultur agamis masyarakat Madura mulai luntur.
"Dulu waktu saya sekolah di Madura, kalau dimarahi guru, orang tua senang," ujarnya.
"Keesokan harinya orang tua mengantarkan sendiri ke sekolah dan minta anaknya dimarahi lagi."
"Sekarang ini muridnya yang memukul gurunya."
"Ini sangat memprihatinkan," kata alumni PGA Pamekasan ini.
Kepada keluarga korban, guru besar ilmu Hukum Tata Negara ini berpesan agar sabar dan tabah dalam menerima musibah yang sudah ditakdirkan Allah.
Menurut dia, di balik peristiwa ini pasti terkandung hikmah yang besar.
Mahfud menutup kunjungannya dengan menggelar doa bersama.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.