Kisah Pilu Masiah: Berbagi Beras 1,5 Kg untuk 18 Anggota Keluarganya
Jadi, dalam satu rumah tersebut Masiah dan suaminya hidup bersama empat orang anak, tiga menantu, dan sembilan cucunya
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Tak hanya Masiah, kedua anaknya, Dayati dan Farida juga pegawai pengrajin batik.
Sedangkan Neneng setiap harinya bekerja sebagai pengumpul barang bekas.
Dan anak laki-lakinya, Casnadi, hanya bekerja serabutan.
Baca: Uang dan Perhiasan Senilai Rp 31 Juta Raib Dicuri padahal Akan Digunakan Biaya Umrah
"Saya setiap hari kerja mengumpulkan barang bekas dan memperoleh upah Rp 15.000," kata Neneng sambil menggendong anaknya.
Saat Tribun Jabar mengunjungi rumah Masiah, atapnya banyak yang bolong, alas rumahnya masih tanah, setiap sudut ruangnya juga tampak terlihat kotor.
Tak hanya itu, tempat tidur di setiap kamar juga sangat lembab dan lusuh.
"Kalau hujan, rumah kami pasti bocor, masih banyak atap yang bolong," kata Masiah sambil mengusap air matanya.
Semua barang-barang yang digunakan di rumah tersebut juga dapat dikategorikan tidak layak pakai.
Tembok rumahnya masih setengah bata dan setengah asbes.
"Rumah ini merupakan rumah warisan orang tua saya," kata Masiah kepada Tribun Jabar.
Baca: Cara Cynthia Lamusu Rawat Rambut dan Alis Si Kembar
Tak ada fentilasi udara yang masuk ke dalam rumah, melainkan hanya ada satu kamar mandi untuk 18 orang tersebut.
Bahkan, Masiah, Suparta, dan Neneng terbiasa tidak menggunakan sandal karena tidak sanggup membelinya.
"Jangankan membeli sandal, untuk makan saja kami harus berbagi," kata Masiah.
Meskipun demikian, keluarga ini tetap semangat bekerja setiap hari. (Tribun Jabar/Siti Masithoh)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.