Belajar Nilai-milai Kearifan dari Gamelan
Di balik kusamnya gamelan di berbagai pelosok negeri karena mulai jarang disentuh generasi mudanya
Editor: Sugiyarto
![Belajar Nilai-milai Kearifan dari Gamelan](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/siswa-rusia-main-gamelan_20180208_174157.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di balik kusamnya gamelan di berbagai pelosok negeri karena mulai jarang disentuh generasi mudanya, terkandung makna adiluhung dalam proses pembuatan maupun proses pementasannya.
Kita sering tak menyadarinya dan abai. Tak salah lagi, alunan musik gamelan berikut tata cara memainkannya menjadi cermin perilaku masyarakat.
Harian Kompas mulai Minggu (25/2/2018) akan mengupas sisi-sisi filosofis serta dinamika masyarakat jawa dari gamelan.
Dalam pengertian umum, gamelan diartikan sebagai orkestrasi sejumlah instrumen pukul, gesek, tiup, dan petik. Instrumen itu antara lain berupa gong, kempul, kenong, kempyang, bonang, sitar, rebab, suling, gambang, gender, saron, kendang, peking, balungan, dan slentem.
Semua disusun sedemikian rupa dan membentuk pakem dalam konteks permainan tradisional. Tidak ada catatan pasti sejak kapan gamelan ada di bumi Nusantara.
Leksikografer sekaligus filolog Belanda Jan Laurens Andries Brandes menyebut gamelan sebagai salah satu dari sepuluh kebudayaan asli Nusantara.
Beberapa relief di Candi Borobudur menggambarkan beberapa instrumen gamelan, yang berarti kesenian ini sudah menjadi keseharian masyarakat sejak abad ke-9.
Gamelan lalu tersentuh beragam budaya seperti Eropa dan Arab, hingga berevolusi seperti sekarang ini dengan beragam variannya.
Berinteraksi dengan gamelan sama artinya belajar hidup sopan. Penabuh gamelan harus lembut. Duduknya harus bersila.
Perangai penabuh tidak boleh jelalatan, harus fokus. Menabuhnya tidak boleh ugal-ugalan. Artinya, hidup harus bisa mengendalikan diri dan menjaga sopan santun. Tidak jumawa.
Dalam orkestrasi gamelan, seorang pengendang menentukan ritme gending. Dia seumpama pemimpin. Dia perlu menyimak dengan baik tabuhan kenong, bonang, dan saron. Mempunyai pendengaran tajam suara suling dan rebab.
Perlu juga mengetahui kemampuan para pengrawit lain, sehingga menghasilkan gending harmonis. Pengendang dituntut paham kapan menurun-naikan tempo.
Dari gamelan, masyarakat belajar memahami dirinya sendiri. Bagi mereka yang cenderung temperamental, misalnya, merasa lebih cocok main instrumen tabuh seperti saron atau gambang.
Sebab, instrumen lain seperti rebab atau siter lebih cocok bagi mereka yang berkarakter lembut, sehingga instrumen tersebut disebut alusan.
Tak salah lagi, alunan musik gamelan berikut tata cara memainkannya menjadi cermin perilaku masyarakat. Harian Kompas akan mengupas sisi-sisi filosofis serta dinamika masyarakat jawa dari gamelan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ekspedisi Alat Musik Nusantara, Belajar Kearifan dari Gamelan", http://regional.kompas.com/read/2018/02/24/18190671/ekspedisi-alat-musik-nusantara-belajar-kearifan-dari-gamelan.
Editor : Amir Sodikin