Curhat Anin yang Dikeluarkan Sekolah, Tetap Ingin Lulus Dari SMAN 1 Semarang
Dia menjawab belum memikirkan itu dan berharap untuk terus berjuang agar tetap lulus sebagai siswi SMAN 1 Semarang.
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Reporter Tribun Jateng, Reza Gustav
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Anindya Puspita Helga Nur Fadhila adalah salah satu siswi pengurus OSIS SMAN 1 Semarang yang diputuskan dikembalikan kepada orangtua dan pindah oleh pihak sekolah, awal Februari lalu.
Pemberitaan sebelumnya, Anin beserta pengurus OSIS lainnya dianggap melakukan bullying saat menghukum (tamparan) salah satu siswa calon OSIS (junior) dalam Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK). Dan Anin dinilai telah memenuhi poin pasal-pasal pelanggaran yang dibuat oleh pihak sekolah.
Saat ditemui Tribunjateng.com, Anin membeberkan pendapat pribadinya mengenai kasus yang menimpa dirinya ini.
“Saya merasa sedih karena sebentar lagi menghadapi Ujian Sekolah dan Ujian Nasional. Di waktu yang sedikit lagi saya bisa lulus dan melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi malah ada cobaan seperti ini,” ungkapnya, Sabtu (3/3/2018) malam.
Ditanya mengenai kemungkinan kepindahan sekolah yang direkomendasikan, dia menjawab belum memikirkan itu dan berharap untuk terus berjuang agar tetap lulus sebagai siswi SMAN 1 Semarang.
Baca: Saat Ibu Kos Terkapar, Terduga Pelaku Terlihat Kabur Memboncengkan Seorang Wanita
Baca: Penampilan Bekas PRT Ibu Kos Cantik yang Tewas Dibunuh Sempat Jadi Perhatian, Suka Disamperin Cowok
“Saya bersyukur dibantu teman-teman di sekitar saya yang menyemangati saya. Pihak keluarga dan kelompok-kelompok yang lain juga terus mendukung dan mengupayakan agar saya dapat mengikuti ujian dan lulus di sana,” jawabnya.
Sementara ini, yang dilakukan Anin selama dikeluarkannya keputusan dari pihak sekolah tersebut adalah tetap belajar di rumah, sambil menunggu pihak kuasa hukum dan keluarga memproses terkait persoalan ini.
“Saya pasti tetap belajar untuk mempersiapkan ujian, walaupun sulit untuk fokus karena selalu terbagi dengan pikiran masalah yang menimpa saya. Sebenarnya saya sudah lelah,” tambahnya.
Sementara itu, ayah Anin, Suwondo, mengatakan bahwa Anin sebelumnya adalah anak yang ceria dan berprestasi.
“Setelah kejadian itu, Anin terlihat capek pikiran dan tidak fokus belajar. Hingga sekarang, Anin syok dan sering menangis di rumah," ujar Suwondo.
Menurutnya, alasan bullying yang dikeluarkan oleh pihak sekolah karena memberi hukuman dengan menampar juniornya masih kurang bisa diterima.
Karena dia merasa bahwa Anin tidak melakukan bullying terhadap juniornya, bahkan lanjutnya, junior itu pun tidak pernah merasa menjadi korban bullying. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.