Ini Alasan Pemuda-pemudi di Bandung Ini Sukarela Mengajar Anak Jalanan
Beberapa relawan atau anggota Komunitas Tanpa Batas Bandung mempunyai alasan masing-masing untuk bergabung di komunitas itu.
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Yongky Yulius
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG- Beberapa relawan atau anggota Komunitas Tanpa Batas Bandung mempunyai alasan masing-masing untuk bergabung di komunitas itu.
Sebelumnya diberitakan, komunitas yang ada sejak April 2017 ini merupakan kumpulan yang orang-orang mengajar anak jalanan setiap 2-3 sekali pada akhir pekan.
Mereka mengajar di trotoar atau halaman kosong di sekitar simpang empat Jalan RE Martadinata dan dekat Rumah Sakit Sariningsih atau dekat Samsat di simpang empat Kiaracondong-Soekarno Hatta, Kota Bandung.
Pengurus Komunitas Tanpa Batas Bandung, Rifana Kania (23), mengaku bergabung karena ingin membantu anak-anak mendapatkan pendidikan yang layak.
"Alasan saya, karena mereka (anak jalanan) itu sebenarnya kalau uang ada tapi mereka tuh enggak ada pendidikannya. Membantu pendidikan berarti bisa memutus persoalan lainnya," kata Rifana yang sudah bergabung dengan komunitas sejak 2017 setelah diajak temannya.
Relawan lain, Gina Khairunnisa (22), mengatakan berbagi ilmu yang dimilikinya akan memiliki dampak yang baik bagi anak jalanan itu.
"Saya ingin mencerdaskan anak bangsa. Kenapa enggak sih, karena kita berbagi ilmu, enggak akan membuat kita miskin."
"Mereka senang kami ajarin calistung (membaca, menulis, dan berhitung). Sesederhana itu kita berbagi tapi bisa berdampak banyak," kata dia saat ditemui Tribun Jabar di halaman sebuah mal di kawasan Jalan Gatot Subroto, Bandung, Sabtu (24/3/2018).
Ketua Komunitas Tanpa Batas Bandung, Erwin Santosa (24), mengatakan, melalui komunitas, dia ingin hidupnya lebih bermakna.
"Keuntungan materi memang kami enggak dapat apa-apa tapi dengan berbagi ke mereka, kami merasa lebih bahagia, bisa hidup lebih bermakna," katanya.
Saat kegiatan belajar berlangsung, belasan anak kecil itu terlihat sedang berkumpul di trotoar.
Bukan sedang berjualan, mereka terlihat sedang fokus membaca sebuah buku.
Sesekali, mereka menuliskan sesuatu di buku-buku itu.