Allahu Akbar! Kisah Warsini yang Lari Ketakutan Sampai 5 Kali Jatuh Bergulingan di Lereng Merapi
Sri Warsini (27) terkesiap saat wajahnya tak sengaja memandang ke arah puncak Merapi, Jumat (11/5/2018) pagi.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM - Sri Warsini (27) terkesiap saat wajahnya tak sengaja memandang ke arah puncak Merapi, Jumat (11/5/2018) pagi.
Sesaat ia tak mampu bergerak menyaksikan asap pekat bergulung-gulung cepat membubung ke angkasa. Rumput di pondongan tangannya nyaris jatuh saking ia gemetar.
"Jlegurrrrr....langsung bergulung-gulung asap membubung di puncak. Sangat menakutkan Mas," kata Warsini di rumahnya, dusun Kalitengah Lor, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman.
Warsini dan adiknya, Tri Wartini (26), saat itu tengah menyabit rumput di lereng barat bukit Kukusan. Mereka berangkat naik gunung sekitar pukul 06.30.
Jarak tempat ia dan adiknya "mugut" atau mencari rumput untuk pakan ternak sekitar satu kilometer saja dari puncak Merapi. Letusan freatik Merapi terjadi pukul 07.43
Dari tempat ia berdiri, Warsini bisa sangat jelas menyaksikan puncak Gunung Merapi yang pagi itu cuaca di sekitarnya sangat cerah. Tidak ada kabut menghalangi.
"Setelah agak sadar karena saya ini "kamitenggengen" (terpaku), rumput dan sabit saya lempar. Saya lari turun, teriak-teriak panik dan nangis" kata Warsini yang sore itu masih tampak syok dan kelelahan.
Bukit Kukusan adalah bagian punggungan bukit yang puncak sebelah timurnya disebut Gunung Kendil. Bentang bukit tinggi itu terlihat jelas dari gardu pandang Klangon.
Di lokasi itu hanya ada Warsini dan adiknya. Tiga pencari rumput lain warga Kalitengah Lor, yaitu Mbah Ratno, Bejo dan Rami, ada di lereng berbeda, dan lebih dulu datang sehingga kemungkinan sudah turun.
Perjalanan turun Warsini dan adiknya dari puncak bukit bukan masa-masa yang mudah. Mereka panik dan ketakutan, harus cepat turun, namun yang ada hanya jalan setapak selebar dua telapak kaki.
Sebelah kanan lereng berujung jurang sangat dalam, hulu Kali Gendol. Warsini yang gemetaran jatuh bangun sampai lima kali. Ia juga sempat terguling-guling di turunan curam.
"Saya hanya bisa bertakbir, Allahu Akbar! Allahu Akbar, kata saya, dan kami berusaha secepat mungkin turun. Gumpalan tebal itu seolah mengejar kami," ungkap Warsini diamini adiknya.
Tri Wartini yang lebih muda, jauh lebih gesit ketimbang kakaknya. Beberapa kali ia jauh meninggalkan kakaknya.
Terpaksa balik lagi naik, dan menolong kakaknya yang ternyata jatuh bangun.