Allahu Akbar! Kisah Warsini yang Lari Ketakutan Sampai 5 Kali Jatuh Bergulingan di Lereng Merapi
Sri Warsini (27) terkesiap saat wajahnya tak sengaja memandang ke arah puncak Merapi, Jumat (11/5/2018) pagi.
Editor: Sugiyarto
Tanpa menghiraukan semak, rumput berdaun tajam di sepanjang perjalanan turun, kakak adik ini akhirnya sampai di dekat tower air di kawasan Klangon.
Di lokasi itu terparkir dua sepeda motor mereka. Jarak dari lahan merumput ke parkiran motor sekitar satu kilometer. Dari situ ke rumah mereka juga sekitar satu kilometer.
Tenaga mereka nyaris habis. Ternyata mereka sudah dijemput suami Warsini yang menyusul dari rumah. Selain mereka sudah tidak ada seorangpun lainnya.
Setelah istrahat sebentar, Warsini memancal motornya ke sekolah anaknya di Srunen. Rupanya murid-murid SD Srunen sudah diungsikan ke Jambon, jauh di bawah dari dusun mereka.
Warsini pulang sebentar, tapi penduduk dusun sebagian sudah mengungsi. Situasi pagi itu sangat mencekam, panik, dan tangis terdengar bersahut-sahutan.
Ia lalu pergi menyusul anaknya bersama suaminya. Sesudah situasi kembali tenang, mereka pulang ke rumah di Dusun Kalitengah Lor.
Sampai sore, rumput dan sabit serta kain gendong mereka masih tertinggal di puncak bukit Kukusan.
"Biar saja lah, nanti kalau sudah kuat ke sana," lanjut ibu satu putri ini.
Menurut Warsini dan Wartini, pagi sebelum berangkat merumput, mereka sebenarnya merasakan ada keganjilan di puncak gunung.
"Ada suara ngosrong (seperti tiupan angin kencang). Jelas sekali suaranya, dan pepohonan di puncak sana tak bergerak," kata Warsini.
Pengakuan ini dikuatkan pendengaran dan penglihatan yang sama oleh ayahnya, Wardi (57).
"Saya juga mendengar suara kemrongsong, seperti dari tubuh gunung," aku Wardi.
Tanda lain, asap yang keluar dari kawah Merapi juga terlihat lebih tebal dari biasanya.
"Tebal dan pekat cokelat," tambah Warsini. Keganjilan itu malah jadi bahan candaan mereka saat akan berangkat.