Cerita Polisi Bopong Seorang Anak yang Terhuyung-huyung Usai Bom Meledak di Polrestabes Surabaya
Sebanyak empat orang pelaku tewas di tempat, sedangkan seorang anak kecil yang duduk di bagian depan sepeda motor masih menjalani perawatan.
Editor: Dewi Agustina
"Ini demi kemanusiaan, semuanya butuh pertolongan. Apalagi ia masih anak-anak," ujar Roni.
Setelah ada pengeboman di pintu gerbang, Roni melihat seorang anak perempuan menangis dan menyangkut di motor bersama ibunya.
"Saya teriak, berdiri Nak. Saya takut mobil yang terbakar meledak," jelas Roni.
Di lokasi pengeboman kebetulan ada sebuah mobil yang hendak masuk ke Polrestabes Surabaya dan berdampingan dengan dua sepeda motor pelaku.
Begitu anak berdiri, kata Roni, dirinya kemudian berlari dan menyambar anak perempuan berumur sekitar 7 tahun itu.
"Saya langsung angkat anak itu. Saya bopong, yang penting anak itu segera dibawa ke rumah sakit," aku Roni.
Menurut Roni, korban anak itu sudah dirawat di RS Port Health Centre (PHC) Surabaya.
"Semoga anak itu cepat sembuh," ucap Roni.
Saksi Penting
Kapolri menyebut Ais merupakan saksi penting.
"Ini saksi yang paling penting. Biarkan dia dulu dirawat. Setelah nanti bisa diajak bicara, kita akan tanya," ucap Tito Karnavian.
Baca: RSUD Soesilo Pastikan Bupati Tegal Enthus Susmono Meninggal akibat Gagal Jantung
Selain itu, Tito juga menyebut ada tiga saksi penting lainnya dari lokasi pengeboman di rusunawa di Sidoarjo.
Tiga saksi penting tersebut merupakan anak dari Anton Febrianto (47), teroris yang tewas seusai bom yang dirakitnya meledak.
"Bom itu dimiliki ayahnya dan meledak sendiri. Kita akan sampaikan nanti. Tiga anak itu tentu tahu persis," kata Tito.
Pasangan Anton Febrianto dan Puspitasari (47) punya empat anak, dua orang mengalami luka-luka dan satu orang selamat.