Sepak Terjang Dita Supriyanto, Dalang Bom 3 Gereja di Surabaya Sebelum Jadi Pimpinan JAD
Nama Dita Supriyanto menjadi bahan perbincangan usai insiden bom yang mengguncang tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5/2018).
Editor: Sugiyarto
Foto keluarga terduga pelaku serangan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya (ist/sumber kepolisian)
“Malah catatan yang ada Dita ini hanya memiliki IPK (Indeks Prestasi Komulatif) 1,7 saja,” tandasnya.
Meski memiliki catatan pendidikan yang jelek secara nilai komulatif, pihak Unair tak mengetahui secara persis kegiatan Dita selama menjadi mahasiswa di Unair.
“Kami (Unair) masih mencari data selengkapnya soal Dita. Yang pasti Dita ini hanya mantan mahasiswa yang di DO (Drop Out) bukan alumnus (lulusan) Unair,” tegas Suko Widodo.
Dalas Dendam
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan sederetan aksi teror di Surabaya dilakukan oleh Jamaah Ansarud Daulah (JAD) Cabang Surabaya.
Motif serangan ini karena ada instruksi dari ISIS Sentral yang keberadaannya saat ini terdesak dan memerintahkan sel dunianya untuk bergerak.
Selain alasan ini, pelaku juga marah setelah Ketrua JAD Iodonesia, Maman Abdurrahman ditangkap beberapa waktu lalu.
Maman sebelumnya ditangkap karena kasus perencanaan dan pendanaan organisasi paramiliter bersenjara di Aceh.
Maman sebenarnya sudah keluar penjara pada Agustus 2017 lalu, namun dia ditangkap lagi terkait perencanaan, pendanaan bom Thamrin 2016.
Polisi melakukan olah TKP di depan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro pasca meledak, Minggu (13/5/2018) pagi. (surya/sugiharto)
Setelah ditangkap, pucuk pimpinan JAD diserahkan ke Jainal Ansari. Namun belum lama ini Jainal ditangkap Mabes Polri.
Hal ini membuat kelompoknya memanas hingga nekat melakukan pembalasan.
" Kerusuhan di Mako Brimob tidak hanya makanan tidak boleh masuk dan keluarga. tetapi karena kejadian internasional serta upaya untuk melakukan pembalasan pasca ditangkapnya pimpinan mereka," tegasnya.
Tito memastikan serangan ini tidak ada kaitannya dengan masalah keagamaan, namun pemikiran-pemikiran yang menyalahgunakan ajaran.