Ada Indikasi Pengikut ISIS dan Paham Radikal di Kaltara
Teroris cenderung berciri intoleran, fanatik, membedakan diri dari umat agama lain yang umum
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, TANJUNG SELOR - Kapolda Kalimantan Utara Brigjen Pol Indrajit menuturkan sebanyak belasan orang di Kalimantan Utara diindikasikan pengikut Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS.
Lalu kurang dari 10 orang terindikasi penganut paham radikal.
Ini diungkapkan Kapolda saat berkesempatan berbicara dalam pertemuan bertajuk "Merajut Kebangsaan Membendung Terorisme di Kalimantan Utara". Kegiatan ini diprakarsai Pemprov Kalimantan Utara.
Turut menjadi pembicara adalah Gubernur Irianto Lambrie, Kapolda Kaltara Brigjen Pol Indrajit, Kasdam VI/Mulawarman Brigjen TNI Teguh Pudjo Rumekso, Kabinda Kaltara Brigjen TNI Rudi Supriyanto.
Kapolda mengatakan teroris cenderung berciri intoleran, fanatik, membedakan diri dari umat agama lain yang umum, revolusioner, cenderung menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya.
"Beribadahnya agak aneh. Intinya, mereka juga menyebarkan rasa takut, menjatuhkan wibawa pemerintah, dan menarik perhatian media massa," kata Kapolda.
Kapolda tidak membantah bahwasanya Kalimantan Utara adalah jalur keluar masuk teroris dari dalam dan ke luar negeri. Teroris masuk melalui Tawau (Malaysia) kemudian bergerak menuju Sebatik, Nunukan, Tarakan, dan langsung ke Jawa.
"Jika dia dikejar, maka dia lari dari Jawa ke Tarakan, Tarakan ke Nunukan, Nunukan ke Poso," sebutnya.
Terhadap 12 orang diduga pengikut ISIS dan 5 orang penganut paham radikal ini sejak dulu dalam pemantauan aparat keamanan.
"Kegiatanny belum ada mengarah ke arah sana (aksi teror). Tetapi tidak dibiarkan. Kita tetap pantau. Kami meminta dukungan moril dari TNI, masyarakat, semua elemen masyarakat untuk mencegah aksi teror di sini," katanya.
Polda Kalimantan Utara lanjutnya juga sudah melaksanakan kegiatan pendataan orang-orang yang baru pulang dari Irakmq dan atau orang yang berangkat ke Iraq dan Suriah.
"Kami memonitor bersama anggora kami dan intel, termasuk TNI. Tujuan utamanya kita melakukan pencegahan. Lebih baik kita cegah supaya tidak terjadi sebagaimana yang melanda daerah lain beberapa wilayah.
Gubernur Kalimantan Utara Irianto Lambrie kemudian menguraikan apa saja yang perlu dilakukan semua stakeholder dan lapisan masyarakat di Kalimantan Utara demi mencegah terorisme. Sebetulnya kata Irianto, banyak cara, dan bahkan sangat sederhana.
"Namun terkadang kita tidak laksanakan sungguh-sungguh. Saya minta setelah ini, bupati/walikota mengumpulkan Lurah/Kades, RT, RW. Kita lakukan aksi nyata," sebutnya.
Kesadaran dan partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan. Apapun yang dilakukan aparat keamanan tidak akan sukses tanpa dukungan masyarakat.
"Nanti juga upayakan meminta Lurah/Desa, RT melakukan siskamling rutin," sebutnya. Irianto juga meminta setiap kepala SKPD memantau kegiatan-kegiatan stafnya.
*Kasdam: Ada Perbedaan Mendasar Aksi Teror Kelompok JI dan JAD
Kasdam VI/Mulawarman Kasdam VI/Mulawarman Brigjen TNI Teguh Pudjo Rumekso menuturkan, terjadi perbedaan besar aksi terorisme zaman 90an dengan sekarang. Dulu kelompok Amrozi dan Imam Samudra cs, melakukan aksi teror di tempat-tempat yang ada keterkaitan dengan asing khususnya Amerika.
"Kedubes Amerika, Australia, dan bom bali. Kenapa karena waktu itu kelompok bermain adalah Jamaah Islamiah yang berafiliasi dengan Alkaidah. Jadi apapun berbau Amerika dan sekutunya akan dimusuhi. Dulu juga sangat terlatih. Ada pelatihan kemudian praktek," katanya.
Saat ini, kelompok teroris yang eksis adalah Jamaah Ansarut Daulah (JAD). Kelompok ini kata Kasdam yang berafiliasi dengan ISIS.
"Mereka itin dirikan negara, tidak mengenal pekerjaan, agama. Dia beranggapan bahwa semua harus ikut kepada ISIS. Negara Islam pun dia tidak benarkan," katanya.
Semakin terpecahnya ISIS di Timur Tengah, membuat pemimpin kelompoknya memerintahkan simpatisannya pulang ke negaranya masing-masing.
"Doktrinnya adalah relawan kembali ke negara masing-masing. Makanya kita temukan bom-bom yang berhulu ledak kecil seperti bom buku, bom panci, dan apa yang baru-baru ini terjadj," katanya.
Simpatisan JAD, dinilai Kasdam tidak ahli seperti teroris era tahun 90an hingga tahun 2000an.
"Sekarang ini mereka cenderung belajar dari internet. Yang membedakan pula adalah kenekatannya. Dengan kemampuan seperti organisasinya juga berbeda. Sekarang ketemu siapapun, itu 'hantam' semua," sebutnya.
Jalur Kalimantan Utara lanjutnya adalah jalur yang paling aman untuk dilalui teroris keluar masuk Indonesia.
"Sebatik Kabupaten Nunukan sebagian daerah transit, bisa jadi mereka berkedok TKI masuk dulu ke Tawau kemudian masuk sanpai ke Marawi. Ini jalur benar," sebutnya.
Luasnya hutan Kayan Mentarang lebih dari 1 juta hektare juga bisa jadi area pintu keluar masuknya teroris. Ia meminta masyarakat tetap waspada. Dan yang harus dilakukan adalah mematangkan perencanaan dan persiapan.
"Artinya, deteksi dininya harus kita persiapkan dengan baik," katanya. (Wil)