Wakil Bupati Sidoarjo Ingatkan untuk Waspadai Ajaran Radikal Menyusup ke Lembaga Pendidikan
Peristiwa teror yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo beberapa waktu lalu harus menjadi dasar evaluasi dan antisipasi semua pihak.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - Peristiwa teror yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo beberapa waktu lalu harus menjadi dasar evaluasi dan antisipasi semua pihak.
Termasuk lembaga pendidikan formal dan nonformal yang ada di Sidoarjo.
Demikian kata Wakil Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin, Kamis (24/5/2018). Menurutnya, lembaga pendidikan harus lebih intens memantau semua kegiatan di lingkungannya.
Jangan sampai, kegiatan-kegiatan di lembaga pendidikan disusupi aliran radikal yang tujuannya merusak NKRI.
"Kepala dinas, kepala sekolah, dan berbagai pihak harus aktif memantau semua kegiatan di lingkungannya," kata Wabup.
Paska serentetan teror terjadi beberapa waktu lalu, pihaknya sudah mengimbau kepada pemangku pendidikan agar tetap memantau dan mengevaluasi terhadap segala bentuk latihan kader dasar yang digelar oleh organisasi siswa maupun mahasiswa.
Menurutnya, ideologi terorisme mudah masuk melalui latihan kader dasar seperti ini.
"Sebut saja itu seperti Latihan Kader Dasar. Ini juga harus dipantau kepala sekolah, Dinas Pendidikan maupun wali murid. Jangan sampai disusupi," tandas Cak Nur, panggilan Nur Ahmad Syaifuddin.
Secara formal, sampai hari ini tidak ada pendidikan yang menerapkan ideologi terorisme.
"Terkadang LKD ini bekerjasama dengan pihak lain, baik narsum, tutor maupun kelompok lain. Bahkan, jika memungkinkan ada kelompok-kelompok tertentu yang menawarkan anggaran untuk kesuksesan LKD. Semua itu perlu diawasi, agar jangan sampai ada penyusupan di dalamnya," lanjut dia.
Pihaknya juga mengaku lebih sepakat jika kurikulum yang ada di lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan seperti itu lebih ditekankan pada unsur-unsur nasionalisme. Agar generasi muda lebih cinta tanah air.
Paska serentetan aksi teror kemarin, Pemkab Sidoarjo juga terus mengikuti berbagai perkembangan yang ada. Termasuk ikut mendata siapa-siapa pelaku teror yang beraksi dan ditangkap polisi di Surabaya maupun di Sidoarjo.
Dari sekian banyak orang yang menjadi pelaku maupun yang ditangkap di beberapa lokasi di Surabaya dan Sidoarjo karena diduga terlibat aksi terorisme, diketahui hanya satu orang yang berstatus warga Sidoarjo.
Yakni Budi Satrijo, warga asal Kota Sidoarjo yang tewas dalam penangkapan di rumahnya di Perumahan Puri Maharani Masangan Wetan, Sukodono, Sidaorjo.
Sementara para pelaku dan terduga teroris lain yang ditangkap di Sidoarjo, diketahui merupakan warga luar kota.
Terkait hal ini, Cak Nur menyebut bahwa langkah yang diambil Pemkab Sidoarjo jelas. Yakni bekerjasama dan membantu aparat kepolisian dalam mencegah adanya aksi teror.
Caranya, salah satunya turut aktif mewaspadai orang baru atau pendatang di Sidoarjo. Pemkab Sidoarjo sendiri sudah mengumpulkan semua pejabatnya untuk bersama-sama menanggulangi adanya aksi teror.
"Selain petugas Satpol PP, Kecamatan, dan sebagainya, masyarakat juga harus turut aktif memantau orang-orang baru di wilayahnya masing-masing. Seperti di rumah kontrakan, kos-kosan, rusun dan sebagainya," imbaunya.
Ketika melihat gerak-gerik mencurigakan atau hal-hal aneh, disarankan agar cepat melapor. Karena kepedulian masyarakat seperti inilah yang akan memudahkan petugas untuk melakukan pendeteksian terhadap aksi-aksi teror.