Di Kudus Ada Pesantren Khusus Austis, Yuk Kita Lihat Seperti Apa Kegiatan Mereka
Duduk melingkar di gazebo, seluruh santri itu larut oleh arahan seorang ustazah yang menuntun doa apa yang harus diucapkan oleh santri.
Editor: Sugiyarto
Sebagai pesantren yang menampung anak autis, lanjut Faiq, tentu ada resep manjur agar anak-anak yang dibimbing di situ menjadi pribadi yang mandiri serta tergali potensinya.
Di antara yang dilakukannya yakni memberi arahan kepada setiap orang tua agar memasrahakan sepenuhnya kepada pihak pesantren.
Pasalnya, pasrahnya orang tua dan keteguhan hati guru yang ada di pesantren itu menjadi penyokong cepatnya perkembangan anak untuk mandiri.
“Kalau sudah mandiri, kami akan gali potensinya. Ada yang punya potensi sebagai drummer, ada pula yang punya potensi sebagai dai."
"Yang pasti ada banyak potensi yang bisa digali. Tapi kalau kesembuhan layaknya orang normal, kami tidak ada jaminan, karena anak-anak ini di dalam agama tergolong la yakqil (tak memiliki akal sempurna) maka gairu mukallafin(tak dikenai hukum agama),” ujar lulusan Universitas Al Azhar Kairo Mesir.
Sebagai pesantren, tentu saja menanamkan nilai-nilai spiritual. Faiq meyakini, penanaman nilai spiritual kepada santri autis itu akan mempercepat proses para santri menuju mandiri.
“Makanya sseperti saat ramadan, ada yang namanya tadarrus al Quran, selanjutnya kalau malam juga ada tadarrus."
"Kegiatan ini diperuntukkan bagi anak yang sudah mandiri, bagi yang masih zero atau masih belum bisa mandiri tidak kami terapkan kegiatan. Kami lakukan bimbingan sampai dia mampu mandiri,” kata dia. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.