Lawan Hama Tikus yang Mengganas, Petani di Tirtoadi Sleman Gelar Grobyokan
Para petani di Gombang, Tirtoadi, Mlati Sleman bersama dengan perangkat desa melakukan grobyokan tikus, Minggu, (1/7/2018).
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Para petani di Gombang, Tirtoadi, Mlati Sleman bersama dengan perangkat desa melakukan grobyokan tikus, Minggu, (1/7/2018).
Dari hasil grobyokan tersebut, sebanyak 69 tikus berhasil ditangkap dengan cara di fogging di lubang-lubang yang ada di sekitar area persawahan di Bulak Gombang blok timur yang memiliki luas 50 ribu meter.
Sadiyono, warga Sendari, Tirtoadi yang juga ikut dalam kegiatan tersebut mengatakan, tidak hanya padi saja yang dimakan tikus, kacang tanah dan singkong juga ikut dimakan.
Hal tersebut membuat hasil panen para petani menurun.
"Sebenarnya sudah sejak lama panen berkurang. Penyebabnya tikus. Bahkan tanaman yang masih kecil juga dirusak. Kadang batangnya dihisap airnya. Kalau sudah menguning padinya, dimakan," terangnya.
Sudiyono mengaku, selama ini cara yang dilakukan petani setempat untuk mencegah populasi tikus dengan memberi racun.
Itupun secara dilakukan secara individu dan tidak begitu berpengaruh mengurangi jumlah tikus.
"Biasanya secara pribadi dikasih racun dan jebakan. Tapi ya efeknya kecil, kalau tidak serentak seperti ini ya kecil efeknya. Bagus kegiatan seperti ini, paling tidak 2 tahun sekali diadakan," terangnya
Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun, yang hadir dalam kegiatan ini mengungkapkan, banyak petani yang gagal panen di musim panen ini akibat banyaknya hama tikus.
"Ini tidak panen semua lahan seluas 5 hektar. Per hektar yang seharusnya rata-rata bisa 7 ton gabah kering, sekarang tidak panen. Ini memprihatinkan. Kita harus menghilangkan penyebabnya," ungkapnya.
Wakil Bupati menyebutkan, hama tikus ini sangat cepat sekali berkembang. Dalam 21 hari populasi tikus sudah bisa bertambah.
Hal tersebut sangatlah meresahkan, mengingat Sleman sendiri merupakan penyumbang 48% beras di DIY.
"Penyebabnya pertama hamanya kita hilangkan. Padahal setiap satu pasang tikus rata-rata menghasilkan 8 tikus dalam 21 hari. Padahal 1 tikus bisa menghasilkan 8-12 tikus."
"Setelah 3 bulan dia sudah menjadi dewasa dan menghasilkan 8-12 pasang tikus lagi. Jadi satu tahun bisa menghasilkan 1000 tikus."
"Itu kan luar biasa. Tidak panen parah ya musim panen ini. Meskipun Sleman luasnya hanya 18%, kita menjadi penyangga pangan sampai 48% di DIY,"ungkapnya.
Selain grobyokan, petani juga sepakat untuk menanam secara blok dengan waktu yang bersamaan.
Sri Muslimatun berharap agar dengan cara grobyokan ini hama tikus bisa berkurang dan petani bisa memanen padinya dengan maksimal. (*)