Masyarakat Tak Perlu Khawatir Meski Potensi Erupsi Gunung Agung Masih Tinggi
Setiap kali erupsi, Giri Tohlangkir melontarkan abu yang tercatat mulai ratusan hingga ribuan meter di atas kawahnya dan ribuan meter di atas laut.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, AMLAPURA - Hampir setiap hari Gunung Agung mengalami erupsi.
Setiap kali erupsi, Giri Tohlangkir melontarkan abu yang tercatat mulai ratusan hingga ribuan meter di atas kawahnya dan ribuan meter di atas permukaan laut.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memprediksi pergerakan ataupun aktivitas Gunung Agung tersebut.
Berada di Pos Pengamatan, Kecamatan Rendang, Karangasem, Bali para tim bersiaga memantau dengan alat-alat lengkap dan menginformasikan secara terkini kondisi gunung api tersebut.
Dalam wawancara singkat dengan Kepala Sub bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana, ia mengatakan timnya memiliki alat pemantauan aktivitas misalnya Seismometer (Pencatat Gempa), Pencatat Deformasi (Kembang-kempis gunung), dan pengukuran Kimia.
Baca: Massa KMAB Aksi di Depan Masjid Raya Tuntut Pembebasan Irwandi Yusuf
"Kami punya pemeralatan yang terpasang di tubuh Gunung Agung. Kami punya seismometer atau pencatat gempa, ada juga pencatat deformasi atau kembang-kempis gunung, dan pengukuran kimia," kata Devy.
Ia mengatakan dengan semua alat-alat tersebut yang terpasang di tubuh gunung mempermudah mengetahui kondisi terkininya.
"Dengan alat-alat tersebut kita mencatat potensi erupsi gunung masih tinggi. Artinya bisa terjadi kapan saja. Namun dengan erupsi yang besar itu belum teramati. Sehingga masyarakat tidak perlu khawatir. Dalam zona bahaya kami ini 4 Km, selebihnya 5 Km ke atas belum bahaya. Apalagi aktivitas masyarakat terkonsentrasi pada 5 Km itu," lanjut dia.
Melalui alat tersebut juga tim PVMBG hingga saat ini memprediksi tinggi erupsi maksimum 4.000 meter walaupun kenyataannya 2.000 meter.
Baca: Kapolresta Sukabumi: Ini Bukan Kasus Orang Tenggelam Lalu Muncul 1,5 Tahun Kemudian
"Kami memprediksi erupsi maksimumnya bisa mencapai 4.000 meter atau 6.000 meter di atas permukaan laut. Tapi sampai saat ini di bawah 3.000-lah, rata-rata 2.000 meter. Yang paling tinggi terjadi 2.800 meter, jadi skenario terburuknya belum ada," jelas Devy.
Ia menyebut memonitor aktivitas Gunung Agung tersebut dilakukan setiap saat.
"Dimonitor itu tiap saat, karena aktivitas gunung kan berubah-ubah. Sementara prediksi persisnya itu tidak bisa karena perubahan aktivitas yang fluktuatif dan unpredictable (tidak bisa diprediksi)," kata dia.