Mengintip Penangkaran Buaya Milik Fatah Arif Suyanto di Desa Dawuhan Kulon Banyumas
Setiap kali Arif melempar umpan daging ayam ke kolam, buaya-buaya ini adu cepat untuk menyambar.
Editor: Dewi Agustina
Itupun ukuran sekitar 1,5 tahun lalu, saat buaya itu dititipkan oleh BKSDA Jateng di penangkaran tersebut.
Selain tubuhnya yang besar, usinya juga cukup matang, sekitar 25 tahun.
Guntur, sebelum nama itu disematkan, buaya sangar tersebut sudah mencuri perhatian banyak orang, juga merepotkan orang-orang yang membawanya dulu ke penangkaran.
Entah bagaimana menangkapnya, tubuh Guntur saat itu sudah penuh dengan ikatan, mulai ujung moncong yang menyimpan taring runcing, hingga kaki-kakinya yang berkuku tajam.
Pengamanan makhluk itu sungguh berlapis. Dalam kondisi terikat, ia ditawan di dalam kerangkeng besi lalu dikunci rapat.
Hingga reptil itu diangkut dengan mobil ranger melintasi medan pegunungan.
Beberapa anggota polisi mengawal di belakang untuk menjamin keamanan.
Lalu penduduk desa berhamburan keluar untuk menyaksikan penampakan satwa ganas itu.
Butuh sepuluh orang untuk memikul buaya jumbo itu ke kolam penangkaran.
Baca: Semburan dari Dalam Laut Sebelah Barat Pulau Panjang Pertama Kali Diketahui Misnan
Petugas harus berjuang keras melepas reptil itu ke kolam sampai beberapa saat.
Jika tidak hati-hati, satu gerakan buaya itu bisa jadi petaka bagi orang saat ikatannya dilepas.
Arif pada akhirnya merasa nama Guntur cocok disematkan pada buaya itu.
Di samping garang, riwayat buaya itu berawal dari sebuah Pondok Pesantren di wilayah Guntur Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
"Saya namai Guntur, karena buaya ini dari daerah Guntur," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.