Bukan Sekolah Negeri, Tapi Sekolah-sekolah di Jatim Ini Menggratiskan Seluruh Siswanya
Program sekolah gratis bagi siswa yatim dan siswa dari keluarga tidak mampu, ternyata tidak hanya berlaku di sekolah-sekolah negeri.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Program sekolah gratis bagi siswa yatim dan siswa dari keluarga tidak mampu, ternyata tidak hanya berlaku di sekolah-sekolah negeri.
Di Jawa Timur, setidaknya sudah ada tiga lembaga pendidikan swasta yang berani dan mampu menggratiskan biaya pendidikan 100 persen bagi seluruh anak didiknya.
Di Surabaya, Yayasan Himpunan Muslim Penyantun Anak Yatim dan Anak Terlantar atau Himmatun Ayat yang membawahi tiga taman kanak-kanak (TK), satu sekolah dasar (SD), satu madrasah tsanawiyah (MTs) menggratiskan biaya sekolah untuk semua tingkatan.
Himmatun Ayat sudah ada sejak awal 2000. Tapi, yayasan ini baru membangun TK pertama kali pada 2002.
Di Sidoarjo, Pondok Pesantren Tahfizh Al Quran (PPTQ) Darul Fikri yang SMP dan Madrasah Aliyah (MA) Islam Terpadu (IT) Darul Fikri juga menggratiskan 100 persen biaya pendidikan bagi anak-anak yatim, dhuafa, dan anak dai.
Di Kota Batu, sejak 2007 juga telah berdiri sekolah gratis SMA Selamat Pagi.
Di SMA Selamat Pagi, semua biaya pendidikan ditanggung oleh sekolah. Sekolah yang didirikan Julianto Eka Putra ini hanya menampung siswa yatim atau piatu, dan tidak mampu dari seluruh pelosok Tanah Air tanpa membedakan suku dan agama.
“Sekolah di sini, semuanya gratis,” kata Budi Hartoyo, Ketua Yayasan Himmatun Ayat.
Baju seragam, sepatu, buku-buku diberikan secara cuma-cuma. Tak hanya itu, selepas tamat MTs, siswa yang dianggap berprestasi juga diberi beasiswa hingga bangku kuliah.
Himmatun Ayat sudah ada sejak awal 2000. Tapi, yayasan ini baru membangun TK pertama kali pada 2002.
Budi turut bergabung dalam tonggak awal pilar pendidikan yayasan saat itu. Himpunan ini, kata dia, berasal dari lembaga gerakan mahasiswa beberapa kampus di Surabaya.
Pengembangan fasilitas pendidikan gratis untuk anak-anak kurang mampu itu kemudian berkembang pada 2009.
Budi bercerita, Yayasan Himmatun Ayat membangun MTs di daerah Petemon. Lima tahun lalu, bangunan sekolah dasar di daerah Wonorejo, Pasar Kembang pun dirampungkan dan dipakai untuk kegiatan belajar mengajar.
Pada 2000, Yayasan Himmatun Ayat menyekolahkan anak yatim dan kurang mampu dengan cara memberikan beasiswa.
Sayangnya, sistem penerimaan siswa di sekolah negeri di Surabaya cukup banyak syaratnya.
Termasuk soal kuota siswa luar Surabaya. Ini banyak menghambat yayasan untuk memberi beasiswa ke anak-anak dari luar Surabaya.
Hal itu yang mematik yayasan untuk membangun sekolah sendiri. “Maka kami terbuka. Inginya sudah global,” katanya
Menyebut diri sebagai sekolah gratis, Yayasan Himmatun Ayat tentu tak mau sembarangan. Semua siswa TK yang rumahnya tak jauh dari lokasi belajar diantar-jemput mini bus saban hari.
Budi mengatakan, ada juga tambahan makan siang bagi para siswa.
“Sejak pemerintah belum (menjalankan program), sini sudah buat sekolah gratis,” lanjut Budi, bangga.
Tentunya sekolah ini tak sembarangan menerima siswa. Hanya siswa yatim dan kurang mampu yang ditampung.
Tak hanya mereka yang berada di Surabaya, siswa dari daerah lain juga bisa bergabung asal sesuai dengan target yayasan.
Terlebih lagi, kata Budi, Himmatun Ayat juga ada di 24 kabupaten/kota. Di Jatim, selain Surabaya, yayasan ini juga ada di Gresik, Nganjuk, dan Ponorogo.
“Sekolah ini satu bulan biaya operasionalnya antara Rp 70 juta sampai Rp 80 juta. Itu hanya Surabaya saja,” jawab Budi, saat ditanya pengeluaran saban bulan untuk sekolah gratis.
Dana operasional didapat dari dua sumber utama. Pertama, dari donatur tetap dan tak tetap yang jumlahnya sekitar 3.000 orang.
Ada juga unit usaha yang dibuka yayasan, seperti penyewaan mobil dan sound system, aqiqoh, dan jual beli hewan ternak.
Selain sekolah, yayasan yang berkantor di Jalan Dukuh Kupang, Surabaya ini juga punya asrama. Jika semua kebutuhan ditotal, menurut Budi, pengeluaran saban bulan rata-rata Rp 300 juta.
“Donatur tetap di kami sudah ada komitmen untuk mengawal (program). Mereka adalah orang yang tertarik dengan program kami,” terangnya. (fla/iit)