Mahasiswa Asing Dari 7 Negara Ikut KKN Bangun Desa di Mojokerto , Ini Kesan Mereka
Mahasiswa asing dari tujuh negara turut menjadi peserta Community Outreach Program (COP) Universitas Kristen Petra (UK Petra) 2018.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, MOJOKERTO - Mahasiswa asing dari tujuh negara turut menjadi peserta Community Outreach Program (COP) Universitas Kristen Petra (UK Petra) 2018.
Kegiatan KKN berbasis internasional ini berguna untuk turut berkontribusi membangun dan mengembangkan delapan desa di Kabupaten Mojokerto.
Sebanyak 211 peserta COP 2018 UK Petra dari mahasiswa mancanegara mulai melakukan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) internasional berkolaborasi bersama 7 negara guna mengembangkan desa di Kabupaten Mojokerto.
Seluruh peserta tersebut dibagi menjadi delapan kelompok yang tersebar di delapan desa.
Ada banyak program dalam COP 2018 meliputi proyek fisik dan nonfisik. Proyek fisik adalah program sejumlah pembangunan sarana dan fasilitas umum di desa setempat.
Sedangkan, proyek nonfisik berupa edukasi pembelajaran pendidikan meliputi kelompok belajar, keterampilan dan sains Culture Day serta mengajar Bahasa Inggris di PAUD dan SD setempat.
Para mahasiswa tersebut berkesempatan memberikan pembelajaran dasar bahasa Inggris kepada siswa sekolah PAUD Tunas Bangsa di Dusun Blentreng, Desa Ngembat Kecamatan Gondang, Selasa (31/7/2018).
Siswa PAUD tidak canggung mengikuti pelajaran meski guru mereka adalah mahasiswa dari luar negeri. Mereka begitu kooperatif mendengarkan pelajaran menghitung dan kosonan abjad dalam bahasa Inggris.
Daniel Prinsen, mahasiswa InHoland University-Belanda mengaku sangat senang bisa memberikan ilmu yang diperolehnya dari universitas kepada siswa maupun guru di sekolah PAUD ini.
Menurut dia, siswa PAUD masih terlalu dini sehingga sempat kesulitan mengucapkan kata bahasa Inggris.
Oleh sebab itu dia menggunakan medote pembelajaran berupa lagu agar lebih mudah untuk dimengerti.
Selain itu, dia berkolaborasi bersama mahasiswa lain membuat teks di atas kertas sesuai abjad dan angka memakai bahasa Inggris untuk memudahkan siswa belajar.
"Mengajar anak-anak sangat menyenangkan, pembelajaran saat ini mengenai mengucapkan angka 1 hingga 20 dan abjad memakai bahasa Inggris," ujarnya.
Menurud Daniel, perbedaan mengajar di Belanda dengan di PAUD mempunyai kesulitan tersendiri. Perbedaan itu terletak dari lama jam pelajaran.