Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

BNPB: Sebaiknya Tidak Menyumbang Susu Formula Untuk Pengungsi Lombok

Bagi pengungsi yang memiliki anak usia nol sampai enam bulan terus berikan ASI eksklusif. Bayi usia 6-9 bulan lanjutkan menyusui

Penulis: Hendra Gunawan
zoom-in BNPB: Sebaiknya Tidak Menyumbang Susu Formula Untuk Pengungsi Lombok
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Anak-anak korban gempa bermain di sekitar pengungsian di Gunung Sari, Lombok Barat, NTB, Jumat (10/8/2018). Berdasarkan data BNPB, Sebanyak 270.168 jiwa korban gempa masih bertahan di pengungsian dikarenakan rumahnya yang hancur akibat gempa Lombok pada Minggu (5/8/2018) lalu. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Dampak gempa bumi 7 SR yang diikuti ratusan gempa susulan telah meluluhlantakkan Lombok. Data korban akibat gempa terus bertambah. Terdapat 387.067 jiwa pengungsi yang tersebar di ribuan titik.

Pengungsi terus memerlukan bantuan karena belum semua kebutuhan dasar pengungsi terpenuhi. Bahkan hingga Sabtu (11/8/2018) masih terdapat pengungsi yang belum mendapat bantuan karena sulitnya akses untuk menjangkau lokasi pengungsi.

Sutopo Purwo Nugroho Kepala pusat Data Informasi dan Humas BNPB dalam keterangan persnya, Minggu (12/8/2018) mengatakan, pengungsi tersebar di ribuan titik yang terdapat di Kabupaten Lombok Utara 198.846 orang, Kota Mataram 20.343 orang, Lombok Barat 91.372 orang, dan Lombok Timur 76.506 orang. 

Dari 387.067 jiwa pengungsi tersebut terdapat bayi dan anak-anak yang perlu mendapat perlakukan khusus selama mengungsi.

Bayi dan anak termasuk kerlompok rentan bersama dengan ibu hamil, lansia dan disabilitas. Mereka perlu mendapat perlakukan khusus karena rentan selama di pengungsian.

Hingga saat ini belum ada data berapa jumlah bayi dan anak-anak dari 387.067 jiwa pengungsi. Tetapi diperkirakan terdapat puluhan ribu jiwa.

Data sementara di Kabupaten Lombok Utara terdapat 1.991 jiwa balita berusia nol sampai lima tahun dan 2.641 jiwa anak-anak berusia enam sampai sebelas tahun.

Berita Rekomendasi

Pemberian bantuan berupa makanan untuk bayi dan balita tidak dapat dilakukan sembarangan di pengungsian. Ibu dan bayi yang masih menyusui harus mendapat perhatian. Air susu ibu merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi.

Menyusui dalam kondisi darurat harus terus dilakukan oleh ibu kepada bayi hingga usia 2 tahun atau lebih. Air susu ibu tidak bisa digantikan dengan susu formula.

Sebab terbatasnya sarana untuk penyiapan susu formula, seperti air bersih, alat memasak, botol steril dan lainnya sangat terbatas di pengungsian.

"Akibatnya, kasus-kasus penyakit diare di kalangan bayi usia di bawah enam bulan yang menerima bantuan susu formula dua kali lebih banyak dibandingkan mereka yang tidak menerima bantuan itu. Bahkan pemberian susu formula akan meningkatkan risiko terjadinya kekurangan gizi dan kematian bayi," kata Sutopo.

Dalam beberapa pengalaman saat terjadi bencana, apalagi skala bencananya besar yang menyebabkan banyak pengungsi pada saat tanggap darurat bencana, susu formula dan susu bubuk adalah bantuan umum diberikan dalam keadaan darurat.

Sayangnya, produk-produk tersebut seringkali dibagikan tanpa kajian dan pemantauan yang baik sehingga dikonsumsi oleh bayi dan anak-anak yang seharusnya masih perlu disusui.

UNICEF dan WHO sebagai Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengingatkan bahaya pemberian susu formula di pengungsian. Banyak kasus saat bencana di dunia, pemberian susu formula kepada balita dan anak-anak justru meningkatkan penderita sakit dan kematian.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas