Jaringan Santri NTB: Tidak ada Pondok Pesantren bernama Post-Islamisme di Indonesia
Muhammad Masturaedi menanggapi hal tersebut dengan menegaskan bahwa di Indonesia tidak ada Pondok Pesantren bernama PostModern.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasca deklarasi pilpres 2019 beberapa waktu lalu, suhu politik mulai hangat dan ramai dibincang oleh warga, baik di dunia maya (medsos) maupun didunia nyata.
Salah satu yang heboh dibicarakan adalah istilah yang dipopulerkan Presiden PKS Sohibul Iman, yang memberi julukan kepada Cawapres Sandiaga Uno saat konfrensi pers di KPU.
Sandiaga Uno diberikan julukan "Santri Post-Islamisme".
Baca: Presiden PKS: Sandiaga Itu Santri di Era Post Islamisme
Koordinator Jaringan Santri NTB, Muhammad Masturaedi menanggapi hal tersebut dengan menegaskan bahwa di Indonesia tidak ada Pondok Pesantren bernama Post-Islamisme.
“Jika ingin tahu apa itu santri, dan bagaimana kualitas santri, coba ziarah ke Pondok pondok pesantren di Jawa Timur atau ke Lombok. Di sana ada ribuan pondok pesantren yang masyhur dan bersejarah. Pasti akan tahu banyak dan banyak tahu, bukan sekedar merasa tahu ya," ujar Edi, sapaan Muhammad Masturaedi, dalam keterangannya, Selasa (14/8/2018).
“Jadi tidak ada itu Pondok Pesantren bernama Post-Islamisme. Jika pondoknya saja tidak ada, masa ada santri post-islamisme? Itu santri alumni mana? Kesannya dadakan,” ujar Edi.