Waduh, Warga Tulungagung Ini Raih Kalpataru, Tapi Tak Satu Pun Pejabat Menyambutnya
Tidak adanya penyambutan penerima Kalpataru di Tulungagung ini menjadi bahan sindiran warganet.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Surya, David Yohanes
TRIBUNNEWS.COM, TULUNGAGUNG - Karsi Nerro Soethamrin mewakili Habitat Masyarakat Peduli Alam Raya (Hampar) telah menerima penghargaan Kalpataru Kategori Penyelamat Lingkungan Hidup.
Penghargaan ini diserahkan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LKK), Siti Nurbaya Bakar pada Kamis (30/8/2018), di Taman Wisata Alam Batu Putih, Bitung, Sulawesi Utara.
Namun tidak ada penyambutan penghargaan bergengsi bidang lingkungan hidup ini. Saat Karsi tiba kembali di Tulungagung, ia hanya disambut beberapa aktivis lingkungan.
Tidak ada upacara penyambutan, dan tidak ada pejabat yang ikut menyambutnya. Penyambutan sederhana Karsi di Terminal Bus Gayatri Tulungagung kemudian disebarkan oleh warganet.
Bahkan warganet juga mengunggah suasana penyambutan penghargaan Kalpataru di wilayah lain.
Misalnya di Kabupaten Banggalai, Sulawesi Tengah, ada upacara penyambutan untuk Dr Mochamad Indrawan, pemerima Kalpataru kategori Pembina Lingkungan.
Bahkan Kota Malang menyiapkan acara kirab yang didukung sederet sponsor pendukung. Tidak adanya penyambutan penerima Kalpataru di Tulungagung ini menjadi bahan sindiran warganet.
Baca: Sasar Kawasan Sepi, Aksi Begal Dinihari Marak Terjadi di Kota Bandung
Baca: Pengendalinya Gunakan Sandi Khusus, Bisnis Sabu Diduga Marak Terjadi di Lapas Binjai
Bahkan tidak sedikit yang mencaci Pemkab Tulungagung. Mereka menilai tidak ada kepedulian dari pemerintah.
“Ketika di kota lain peraih penghargaan kalpataru yang sekaligus mengharumkan kota/kabupaten disambut dengan suka cita, bahkan diarak keliling kota, tidak demikian dengan kabupaten kita tercinta ini,” tulis seorang warganet.
Karsi hanya tertawa saat ditanya soal penyambutan.
Laki-laki gondrong yang selalu berkopyah ini hanya menjawab enteng. “Mungkin mereka sedang sibuk,” ucap Karsi sambil ngakak.
Hampar mendapat Kalpataru karena berhasil memulihkan hutan Telaga Buret yang rusak parah dan menjaga kelestariannya.
Berkat perjuangan mereka sejak tahun 1990-an, air di Telaga Buret tidak pernah kering. Bahkan Telaga Buret bisa mengairi sawah seluas 700 hektar.