Warga Desa Ini Harus Beli Air Satu Tangki Rp 350 Ribu
Daerah Desa Mertelu yang terdampak kekeringan sejumlah 150 kepala keluarga karena berada di wilayah perbukitan
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Reporter Tribun Jogja, Wisang Seto Pangaribowo
TRIBUNNEWS.COM, GUNUNGKIDUL - Masyarakat Gunungkidul di bagian utara, tepatnya di Desa Mertelu, Kecamatan Gedangsari harus membeli air bersih dari truk tangki swasta Rp 350 ribu.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Desa Mertelu saat dihubungi Tribunjogja.com, Selasa (11/9/2018).
"Sejak tidak ada air hujan serta bak penampungan air hujan (PAH) telah habis, masyarakat harus membeli air bersih dari tangki swasta seharga Rp 350 ribu per tangkinya," katanya.
Ia mengatakan, daerah Desa Mertelu yang terdampak kekeringan sejumlah 150 kepala keluarga karena berada di wilayah perbukitan.
"Sebagian warga kami kesusahan untuk mengakses air bersih karena kondisi geografisnya berada di lereng pegunungan," katanya.
Ia mengatakan harga tangki di dearahnya lebih tinggi dibanding dengan wilayah selatan, di wilayah selatan harga pertangkinya berkisar Rp 120 ribu hingga Rp 150 Ribu.
Baca: Kekeringan di Wilayah Pegunungan Kebumen Makin Meluas
"Kenaikan harga karena lokasi Desa Mertelu cukup sulit dijangkau, karena tidak semua sopir tangki berani menuju lokasi tersebut, hanya truk tanki yang bagus dan sopir berpengalaman yang berani menuju kesana," tuturnya.
Ia mengatakan, kenaikan harga dianggap wajar, mengingat medan yang cukup berat dan risiko saat ditempuh sopir tangki swasta.
"Air satu tangki bisa digunakan dalam jangka waktu satu bulan karena warga sangat berhemat dengan penggunaan air bersih, selain itu di Dearah Mertelu tidak ada sumber air dan kesulitan dalam membuat saluran perpipaan mengingat medan yang cukup ekstrem," katanya.
Sementara itu Kepala pelaksana Badan Penanggulangan Daerah (BPBD), Edy Basuki mengatakan, saat ini pihaknya sedang melobi pihak ketiga untuk pembuatan sumur bor.
"Saat ini kami sedang melakukan pemetaan sumber air yang tinggal di area pegunungan, jika nantinya ditemukan maka akan dibangun sumur bor," tuturnya.
Ia mengatakan wilayah yang dimaksud adalah Kecamatan Gedangsari, yang banyak warga bermukim di area pegunungan ketika musim kemarau mereka kehabisan air bersih.
"Upaya dropping air juga mengalami hambatan yaitu medan yang cukup ekstrem, tidak banyak sopir yang berani menuju lokasi, padahal dari segi anggaran sudah ada dan mencukupi pihak kecamatan juga telah melakukan dropping," katanya.
"Tiap harinya tersedia satu unit armada untuk melakukan droping air satu harinya dapat dropping tiga hingga empat kali, jika mereka sewaktu-waktu meminta dropping tambahan kami siap mengirim," katanya.
Ia mengatakan saat ini sudah ditemukan beberapa sumber air dari hasil pemetaan seperti di Desa Sampang dan Desa Watugajah yang sudah memiliki sumur bor.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.