Inilah 5 Fakta Menarik Siswa SD di Gunungkidul Sisihkan Uang Jajannya untuk Guru GTT & PTT
Menumbuhkan sikap kepedulian ternyata berhasil dipraktekkan oleh para siswa dan guru di SD Mentel 1, Desa Hargosari, Kecamatan Tanjungsari
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM - Menumbuhkan sikap kepedulian ternyata berhasil dipraktekkan oleh para siswa dan guru di SD Mentel 1, Desa Hargosari, Kecamatan Tanjungsari, Gunung Kidul, DIY.
Para siswa SD tersebut secara sukarela menyisihkan uang jajan mereka untuk diberikan kepada guru yang masih berstatus GTT alias Guru Tidak Tetap (GTT).
Seperti diketahui, GTT hanya mengantongi Rp 100.000 per bulannya dari pemerintah.
Dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Siswa SD Sisihkan Uang Jajan untuk Guru Berhonor Kecil, Kita Bisa Belajar Apa?', berikut 5 fakta yang terungkap dari kepedulian para siswa di SD Mentel 1 di Gunung Kidul:
1. Inisiatif dari siswa
Ratusan siswa SD Mentel 1 menyisihkan sebagian uang sakunya untuk dimasukkan ke kantong plastik yang telah disediakan sekolah.
Uang yang dimasukkan bermacam-macam, mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 10.000.
Uang tersebut mereka sisihkan untuk membantu 8 guru GTT dan pegawai tidak tetap di SD tersebut.
Di SD tersebut, ada sekitar 158 siswa. Mereka berinisiatif untuk menyisihkan uang saku mereka lalu diakomodasi pihak sekolah dan Komite Sekolah.
"Uang ini nantinya untuk Bapak dan Ibu Guru, kasihan mereka tidak mendapatkan gaji layak dari pemerintah," kata Carisa Moniati, salah satu siswa pada wartawan Tribun Jogja, Jumat (14/9/2018).
2. Uang dikumpulkan setiap Jumat
Carisa juga menceritakan, secara tak sengaja beberapa siswa mengetahui kondisi para guru GTT di sekolah mereka hanya mendapat gaji Rp 100.000 per bulan.
Setelah kondisi tersebut diceritakan kepada orangtuanya, akhirnya muncul inisiatif untuk membantu dengan cara menyisihkan uang saku setiap hari Jumat.
"Enggak apa-apa, setiap Jumat juga membawa makanan dari rumah, paling jajan es," kata Carisa.
Kegiatan tersebut ternyata mendapat sambutan positif dari pihak sekolah dan tentunya para guru GTT.
"Kami terharu semangat siswa dan orangtuanya untuk membantu kegiatan belajar di sekolah ini," kata Bayu Dwi Nur Cahyani, salah satu guru GTT.
3. Honor kecil, tetap semangat mengajar
Lokasi SD Mentel 1 ada di pinggiran Kabupaten Gunungkidul, jauh dari keramaian pusat kota.
Namun, apa yang ditunjukkan para siswa dan orangtua murid kepada guru GTT patut diapresiasi.
Salah satu guru GTT, Bayu, mengatakan kalau sejak 2005 honornya sebagai GTT hanya Rp 100.000 per bulan, ditambah bantuan dana BOS sebesar Rp 200.000.
"Tetap semangat mengajar, ndak apa-apa, yang penting anak-anak memeroleh pendidikan yang baik," kata Bayu.
4. Berlangsung sejak Maret 2018
Kepala SD Mentel 1, Kamijan mengatakan, kegiatan sosial setiap Jumat tersebut sudah berlangsung sejak Maret 2018.
Setiap bulan, para siswa ini mampu mengumpulkan dana sekitar Rp 2 juta dan uang tersebut akan dibagikan kepada 8 GTT maupun Pegawai Tidak Tetap.
"Pengumpulan ini tidak ditentukan nominal, jika terdapat siswa yang tidak memberi infak pun juga diperbolehkan tergantung kepada kemampuan serta keikhlasan para siswa yang ada," kata Kamijan.
Dia berharap, pemerintah segera menaruh perhatian kepada guru GTT.
5. Kepala Dinas Pendidikan dan Olah Raga angkat bicara
Bahron Rasyid, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Gunungkidul, tak mempermasalahkan dan bahkan mengapresiasi langkah dari Komite Sekolah terkait program penggalangan dana untuk GTT dan PTT tersebut
"Komunikasi dan transparansi agar niat mulai ini langgeng dan bisa ditiru oleh sekolah lain," katanya Bahron, seperti dilansir dari Kompas.com
Dia mengaku sudah berusaha untuk meningkatkan penghasilan para guru dan pegawai tidak tetap ini.
Anggota DPRD Gunungkidul Imam Taufik mengatakan, dalam kebijakan umum anggaran dan priorotas anggaran sementara (KUA-PPAD) upah GTT 2019 diusulkan sebesar Rp 600.000 per bulan.
Namun angka tersebut fleksibel karena November nanti masuk dalam pembahasan APBD murni 2019.
"Idealnya honor GTT ya Rp 1,3 juta sama dengan THL," kata Imam.
Sementara itu, ketua komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Herry Kriswanto mengatakan pemerintah daerah harus segera menyikapi peristiwa terkait gaji GTT ini.
"Kami sudah lakukan studi banding ke Purbalingga untuk melihat regulasinya dan sudah kami sampaikan kepada bupati karena Gungungkidul masih paling minim penghasilan GTTnya. karena guru berperan besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa," katanya.
Ia mengatakan dengan kondisi ekonomi seperti saat ini gaji GTT maupun PTT masih memprihatinkan dan masih kalah dengan gaji tukang batu.
"Masa Daerah tidak mau memperhatikan, parah ini. kami selalu komitmen selalu mendesak pemerintah daerah untuk menganggarkan."
"Mudah-mudahan dalam anggaran perubahan dapat dimasukkan. Jika gaji GTT dapat dimasukkan ke anggaran perubahan akhir tahun mungkin GTT bisa mendapatkan kenaikan gaji, tentu saja dengan melihat kemampuan dana daerah. Karena saat ini masih jauh dari UMP," katanya