Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Benarkah Jadi Petunjuk Ibukota Mataram Kuno? Candi-candi yang Saling Membelakangi Masih Jadi Misteri

Dari hasil survei bawah permukaan itu nanti akan ditentukan di titik mana penelitian atau ekskavasi akan difokuskan.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Benarkah Jadi Petunjuk Ibukota Mataram Kuno? Candi-candi yang Saling Membelakangi Masih Jadi Misteri
Tribun Jogja
Peta menunjukkan kawasan Dusun Balongbayen di Purwomartani, Kalasan, Sleman, yang diduga kawasan ibukota Mataram Kuno berdasar hipotesa teori kosmogoni Hindu. 

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta, Baskoro Daru Tjahjono, mengantongi hipotesis menarik terkait letak salah satu ibukota Mataram Kuno.

Hipotesisnya menempatkan Candi Sambisari di barat daya dan Candi Kedulan di timur laut sebagai poros penting. Demikian pula poros Situs Bromonilan di barat laut dan Situs Dhari di tenggara Kalasan.

"Dua kompleks candi yang saling membelakangi itu kemungkinan adalah batas suatu permukiman karena di dalam kawasan itu ditemukan indikasi permukiman, yaitu banyaknya persebaran lumpang batu, lesung batu, dan pipisan," kata Baskoro.

Ia kini memimpin penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta di Dusun Balongbayen, Purwomartani, Kalasan, Sleman.

Baskoro menyatakan, hipotesis itu perlu pembuktian lewat penelitian lapangan.

Teknik survei geolistrik dan georadar diperlukan untuk pemetaan bawah tanah.

Berdasar keletakan Candi Sambisari dan Candi Kedulan, yang sama-sama terkubur sedalam 6-9 meter di bawah permukaan tanah sekarang, maka area luas itu praktis level kunonya ada di bawah permukaan tanah.

Berita Rekomendasi

"Tes geolistrik dan georadar diperlukan untuk memetakan jejak di bawah permukaan tanah," kata Baskoro.

Dari hasil survei bawah permukaan itu nanti akan ditentukan di titik mana penelitian atau ekskavasi akan difokuskan.

Menjelaskan dasar hipotesisnya yang dikaitkan dengan teori kosmogoni, Baskoro menyebutkan ihwal Jambudwipa sebagai pusat pusat alam semesta.

"Kawasan itu mencerminkan konsepsi kosmogonis di atas, yaitu adanya dua sungai sebagai batas yang mencerminkan dunia yang dilingkari oleh tujuh samudera," jelas Baskoro.

Sedangkan gambaran tentang dunia yang dibatasi pegunungan yang tinggi bisa dalam arti yang sebenarnya dan bisa dalam arti simbolis.

Dalam arti sebenarnya di sebelah utara kawasan ini terdapat Gunung Merapi dan di selatan terdapat perbukitan Boko.

Gunung Merapi oleh masyarakat Jawa dianggap sebagai gunung keramat, sehingga dapat dibandingkan dengan Gunung Meru di India yang merupakan gunung suci tempat tinggal para dewa.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas