Komarudin Watubun: Jangan Keliru Mengenai Pendifinisian Tentang Maritim
Alfred Tayer Mahan, seorang ahli strategi maritim mengatakan, negara maritim adalah negara yang memanfaatkan kekayaan lautnya dalam mencapai kesejahte
Editor: Toni Bramantoro
“Banyak aspek yang terkait dengan angkutan laut, dari mulai pelabuhan, galangan, muatan, manusia, kapal, keamanan dan keselamatan kapal, dan lain sebagainya. Ini yang harus dibangun, agar kita bisa bersaing, bahkan mengalahkan negara-negara besar, termasuk negara tetangga seperti Singapura yang kecil namun berhasil membangun industri maritimnya,” papar Bung Komar yang juga menjadi Kepala Sekolah Calon Kepala Daerah PDI Perjuangan.
Pada orasi kebangsaan ini, Bung Komar juga mengungkapkan bahwa beberapa hari yang lalu, mewakili Ketua Umum PDI Perjuangan ia menghadiri ulang tahun negara Korea Utara di Pyongyang. Dalam perjalanan kembali, Ia melakukan kunjungan resmi ke partai terbesar di China, Partai Komunis Tiongkok.
Dalam pertemuan dengan petinggi Partai tersebut Komar mengungkapkan bahwa Indonesia adalah negara besar dan memiliki kekuatan di sektor kelautan yang merupakan pemberian Tuhan.
“Jika Anda merasa besar dengan jalur suteranya, kami juga memiliki posisi yang sangat strategis di Asia. Indonesia diapit oleh dua samudera dan dua benua. Di bagian barat laut, kami berbatasan dengan benua Asia. Di tenggara, Negara kami berbatasan dengan benua Australia. Di barat laut berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan sebelah timur laut berbatasan dengan Samudera Pasifik. Posisi kami sangat strategis karena menjadi persimpangan lalu-lintas internasional di udara dan di laut,” urai Bung Komar pada petinggi Partai Komunis China.
Posisi ini menjadikan jalur sutera China yang merasa berkuasa di wilayah barat, tak mampu menguasai wilayah Indonesia yang ada di daerah timur.
“Termasuk Sulawesi Selatan," selorohnya.
Namun, dibalik potensi yang ada itu, sejumlah ancaman juga ada di hadapan kita. Pada tahun-tahun ini, dan ke depannya, sejumlah negara banyak yang mengalami kegagalan (failed states). Keberadaan failed states juga menjadi sumber masalah seperti ekstrimisme, terorisme, narkoba, hingga pengungsi.
Ada banyak contoh yang kita lihat di negeri ini. Mulai dari ekses kekerasan etnis Rohingya di Myanmar hingga kelompok teroris Abu Sayyaf di Filipina Selatan.
“Kekerasan atas etnis Rohingya mengakibatkan mengalirnya manusia perahu dari Myanmar ke pantai-pantai Indonesia. Keberadaan kelompok teroris Abu Sayyaf yang melakukan praktik pembajakan juga mengganggu perekonomian Indonesia, “ katanya.
Dan ini semua, kata Bung Komar, dilalui melalui jalur lautan, khususnya Indonesia Timur dan lebih khusus lagi wilayah Sulawesi Selatan.
"Untuk itu, Indonesia harus Waspada terhadap segala bentuk ancaman. Baik ancaman keselamatan dan keutuhan bangsa, maupun ancaman ekonomi yang bisa jadi karena ketidaksadaran atau skenario musuh Indonesia dalam ‘menggiring’ Indonesia agar tetap lemah dan tergantung dari pada negara lain," kata Bung Komar.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.