41 Siswa SMP yang Sayat Tangan di Lampung Tengah Masih Bungkam, Kini Ditangani Empat Psikolog
Penyebab 33 siswi dan 8 siswa SMPN 1 Gunung Sugih melakukan sayat tangan, masih simpang siur sampai saat ini
Editor: Dewi Agustina
Ketua DPRD Lamteng, Achmad Junaidi Sunardi, berharap perilaku tersebut tidak terulang di kabupaten tersebut.
"Pertama-tama kami selaku wakil rakyat merasa prihatin atas peristiwa. Jangan sampai ada lagi kasus serupa di Lamteng," kata Achmad, kemarin.
Junaidi mengatakan akan berkoordinasi dengan Komisi IV supaya melakukan dengar pendapat (RDP) dengan memanggil kepala sekolah dan Dinas Pendidikan (Disdik).
RDP ini diperlukan supaya diketahui secara terang benderang persoalan sayat tangan massal murid SMP ini.
"Pihak sekolah dan dinas terkait harus melakukan penyelidikan untuk mengetahui apa penyebabnya," ujarnya.
BPOM Tunggu Permintaan
Terpisah, Kepala BPOM Bandar Lampung, Syamsulyani, menegaskan bahwa BPOM RI sudah mengeluarkan pemberitahuan resmi bahwa minuman energi kemasan yang dimaksud tidak mengandung zat Benzo.
Pemberitahuan itu dirilis terkait kasus sayat tangan siswi Pekanbaru.
"Kalau berdasarkan rilis BPOM RI tidak mengandung Benzo. Dan, yang bisa menguji kandungan minuman itu adalah BPOM dan BNN," Syamsulyani, saat dihubungi Jumat malam.
Syamsulyani pun menampik telah melakukan uji laboratorium minuman kemasan terkait kasus sayat tangan massal di Lamteng.
Menurut dia, tidak ada permintaan dari Lamteng untuk uji laboratorium mimuman tersebut.
"Kami saat ini menunggu saja, karena itu kan sudah ditangani pihak kepolisian," ujarnya. (sam/eka)
Artikel ini telah tayang di Tribunlampung.co.id dengan judul Tak Mau Bicara, 41 Siswa SMP Sayat Tangan di Lampung Tengah Ditangani Empat Psikolog