Guncangan Gempa Tak Pengaruhi Kegiatan Annual Meeting IMF-WB Meski Sempat Mengagetkan Para Delegasi
Presiden Jokowi yang menginap di kawasan Nusa Dua, Badung, bersama Ibu Negara Iriana mengaku merasakan gempa tersebut.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, MANGUPURA - Gempa bumi kembali mengguncang Bali, Kamis (11/10/2018) pukul 02.44 Wita.
Gempa yang berpusat 61 km timur laut Situbondo, Jawa Timur, atau 161 km barat laut Denpasar itu turut dirasakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang tengah berada di Bali.
Guncangan gempa yang cukup keras Kamis dini hari itu mengagetkan warga Denpasar dan Badung yang tengah tidur.
Bahkan di wilayah Kabupaten Jembrana, warga berhamburan ke luar rumah untuk menyelamatkan diri.
Guncangan gempa juga dirasakan warga di Kabupaten Buleleng, Gianyar, dan Bangli.
Presiden Jokowi yang menginap di kawasan Nusa Dua, Badung, bersama Ibu Negara Iriana mengaku merasakan gempa tersebut. Namun demikian, Presiden tetap bisa tidur nyenyak.
"Oh ya, (usai) gempa itu saya tidur saja, tidur enak kok," kata Jokowi ketika ditanya Tribun Bali terkait gempa usai menghadiri acara Tri Hita Karana di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Kamis siang.
"Tidak ada masalah sama sekali," tambah Jokowi, sembari tertawa lebar dan bersalaman serta berswafoto dengan peserta.
Jokowi kemarin mengawali acaranya pada Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018 di Mangupura Hall, BICC.
Tak lama ia memberikan sambutan, lalu bergegas menuju Sofitel untuk menghadiri acara Tri Hita Karana.
Baca: Rumah Milik Omo Terbakar, 3 Orang Meninggal Dunia
Selanjutnya melanjutkan acara pertemuan dengan kepala negara-negara ASEAN pada sore harinya.
Gubernur Bali, Wayan Koster, juga menyebut gempa Situbondo tak sampai mengganggu agenda IMF-World Bank 2018.
"Gempa tadi pagi tidak ada masalah sama sekali, tidak ada cancel sama sekali. Semua berjalan dengan baik, sirkulasi juga lancar, tapi laporan kerusakan dan luka saya belum dapat informasi detail mengenai gempa ini," katanya saat ditemui di Hotel Sofitel.
Saat terjadi gempa, Koster mengaku sedang beristirahat. Ia sempat kaget dan langsung bangun dari tidurnya.
Namun ia bersyukur, guncangan gempa ini tak memengaruhi acara annual meeting.
"Kepala negara datang semua kok," tegasnya.
Sementara seorang delegasi dari Jakarta, Sabrina, mengaku kaget dengan getaran gempa 6,3 SR tersebut.
"Begitu ada peringatan dari hotel untuk meninggalkan hotel saya langsung berlari. Tapi setelah itu aman-aman saja," jelasnya kepada Tribun Bali di BICC.
Sempat Kagetkan Delegasi
ITDC pun menyatakan semua aman terkendali, walau gempa sempat mengagetkan para delegasi.
Kepala Divisi Operasi ITDC, Pariwijaya, menegaskan venue dalam kondisi baik alias tidak ada yang rusak akibat gempa.
"Semua hotel sudah memiliki prosedur kebencanaan masing-masing. Dan semua fasilitas kita telah mengikuti sertifikasi bencana," jelasnya.
Baca: 100 Napi yang Sempat Kabur Pasca Gempa Kembali ke Rutan Donggala
Setelah gempa, semua tamu diarahkan menuju meeting point yang ada di halaman. Kemudian tim krisis masing-masing hotel dimonitor sesuai arahan BMKG.
"Setelah dinyatakan tidak berpotensi tsunami, para tamu hotel menunggu dulu sampai 30 menit. Setelah itu, tim krisis mengarahkan kembali ke kamar hotel masing-masing setelah 3-5 menit dimonitor," ungkap Pariwijaya.
Pantauan Tribun Bali, suasana annual meeting di wilayah ITDC dan sekitarnya berjalan kondusif walaupun terjadi gempa.
Lalu lintas tetap padat dengan para delegasi yang mondar-mandir membawa berkas.
Ruangan media center pun tetap padat oleh media dari berbagai negara yang mengetik hingga petang. Bahkan para menteri juga datang mendampingi presiden.
Ketua Pelaksana Harian Panitia Nasional Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018, Susiwijono Moegiarso, menegaskan sejauh ini tak ada cancelled akibat gempa.
"Hari ini (kemarin) bahkan ada lima kepala negara yang dijadwalkan datang ke Bali sebelum pertemuan kepala negara ASEAN," katanya secara terpisah di BICC.
Komplain dari kepala negara maupun delegasi terkait gempa juga tak ada.
"Aman, tidak ada masalah. Kalau tidak salah yang datang kemarin itu adalah Sultan Brunai, kemudian PM Kamboja, Filipina, dan beberapa pimpinan lainnya telah bertemu Joko Widodo. Pihak panitia nasional pun memastikan semua titik venue aman dan acara berjalan lancar," tegasnya.
Baca: Satpol PP Berau Amankan Tiga Waria, Salah Satunya yang Berpose Adegan Tak Pantas di Medsos
Bahkan, kata dia, Presiden Jokowi akan tetap bermalam di Bali, dan membuka puncak acara IMF-World Bank Annual Meeting 2018 hari ini di Nusa Dua.
"Jadi sampai puncak acara, yaitu Annual Meetings Plenary Session tetap berjalan seperti semula juga," katanya.
Ketika terjadi gempa, pihaknya bersama tujuh unsur seperti panitia nasional, MTS IMF World Bank, Polda, Kodam, BMKG, dan BNPB serta ITDC melakukan rapat sekitar pukul 06.37 Wita.
Rapat ini membahas semua hal dari semua instansi terkait menyampaikan pendapat dan antisipasi serta solusi terhadap gempa dan penanggulangan gangguan lainnya.
"Kita putuskan bersama-sama, dan kami share baik kepada official termasuk para partisipan yang register di kami semuanya," ujarnya.
Intinya, baik infrastruktur maupun sarana-prasarana tetap bisa digunakan dan berjalan normal.
Agenda pun akan berjalan normal hingga acara usai pada 14 Oktober 2018 mendatang.
Hingga tadi malam, seluruh peserta annual meeting yang teregistrasi mencapai 36.058 orang.
Adapun tamu VVIP adalah 10 kepala negara ASEAN dan beberapa petinggi negara lainnya.
Lokasi Selat Bali
Sementara itu, berdasarkan informasi dari keterangan akun twitter BMKG, kekuatan gempa awalnya disebutkan 6,4 SR yang kemudian dimutakhirkan jadi 6,3 SR.
Gempa terjadi pada Lintang 7.42 LS, Bujur 114.47 BT kedalaman 10 KM dan lokasi di Selat Bali.
Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa tidak berpotensi tsunami.
BMKG menyebut gempa Situbondo ini disebabkan oleh sesar naik Flores. Hasil penelitian ilmuwan, sesar tersebut memang sedang aktif di beberapa bagian.
"Ini sesar naik yang ada di Flores memang lagi aktif di beberapa tempat," ujar Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhamad Sadly, di kantor BMKG, Jakarta, Kamis (11/10/2018).
BMKG menyatakan gempa Situbondo ini tidak ada hubungannya dengan gempa Lombok dan Palu.
Menurut dia, gempa Situbondo karena sesar naik Flores. Sementara, gempa Palu disebabkan oleh pergerakan sesar Palu-Koro.
Sedangkan, untuk gempa Lombok, memang penyebabnya juga sesar naik Flores. Namun, beda mekanisme.
"Untuk gempa Lombok dengan Palu jelas mekanisme berbeda. Terindikasi bahwa ini sesar naik Flores," ujar Sadly.
Dia mengatakan, sesar Flores dari verifikasi hasil seismik refleksi, terbentang dari Bali timur sampai Flores.
Awal dari sesar ini terlihat di dasar laut. Sedangkan Bali-Lombok Barat hanya terlihat lipatan.
Berdasarkan pengamatan ini, terindikasi kekuatan sesar Flores semakin barat semakin melemah.
"Gempa ini memiliki indikasi kuat terkait aktivitas seismik Flores," lanjut dia.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono mengatakan, aktifnya sesar naik Flores ini disebabkan oleh pengaruh tumpukan tiga lempeng yang juga sedang aktif.
Kondisi ini, lanjut dia, sangat menarik karena unik. Oleh karena itu, perlu dibuat peta baru tentang sesar tersebut.
Guncangan gempa itu, kata dia, dilaporkan dirasakan di daerah Denpasar dalam skala intensitas III-IV MMI.
Sementara kawasan Karangkates, Gianyar, Lombok Barat, Mataram, Pandaan di angka III MMI.
Dia menjelaskan Indonesia memang masuk dalam kawasan seismik aktif dan kompleks. Ada 6 zona subdaksi di Tanah Air.
"Masing-masing zona subdaksi masih dirinci lagi menjadi segmen-segmen megathrust yang berjumlah 16. Sesar aktif teridentifikasi 295 sumber gempa sesar aktif," kata Rahmat.
BMKG sendiri mencatat ada 14 kali gempa susulan. Namun, kekuatannya tidak sebesar gempa pukul 02.44 Wita.
Kekuatan gempa terus mengecil dengan magnitudo 2,5-3,5. (ask/sud)
Artikel ini telah tayang di Tribun-bali.com dengan judul Begini Komentar Jokowi Saat Merasakan Goyangan Gempa di Bali, Titik Gempa 6,3 SR Ada di Lokasi Ini