Terobosan Baru Kamiludin dengan Lukisan dari Batu Akik Banyak Diminati Kolektor
Karya seni lukisan tak pernah kehabisan ide dan inovasi. Itu tak lepas dari adanya lukisan dari batu akik dan bulu ayam
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Karya seni lukisan tak pernah kehabisan ide dan inovasi.
Itu tak lepas dari adanya lukisan dari batu akik dan bulu ayam, yang ditampilkan dalam Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) ke-11 di JX International Expo yang dimulai Jumat (12/10/2018) ini.
Seperti tampilan pelukis dari batu akik, Kamiludin. Dia dan rekannya membuat lukisan dari bongkahan batu dan akik sejak dua tahun lalu.
“Sebenarnya ini terobosan baru dalam dunia lukis. Saya memang sudah lama menjadi pelukis, namun perlu ada sesuatu berbeda yang bisa dijadikan bahan lukisan,” tuturnya, di sela-sela pameran lukisan, Jumat (12/10/2018).
Dia menyebut jika ide itu karena ingin memanfaatkan bongkahan batu akik yang tak terbengkalai. Pria yang tinggal di Candi Sidoarjo ini tak butuh waktu lama untuk memanfaatkan batu akik ini menjadi bahan lukisannya.
Dengan imajinasi yang dimiliki, dia tetap memakai konsep pemandangan pada lukisan gaya barunya ini.
“Saya harus bisa memilah jenis batu apa yang cocok untuk membentuk gunung, bangunan dan pepohonan “ terangnya.
Ada sekira 10-15 jenis batu yang digunakan dalam satu lukisan. Beberapa jenis batu yang sering dipakainya itu adalah batu pirus, pancawarna, batu ati ayam, dan giok.
Batu-batu yang dipakai itu biasanya masih dalam.bentuk bongkahan atau potongan-potongan. Jika dalam bentuk bongkahan, dia bisa memotong memakai gerinda menjadi potongan kecil dan ditempel di kanvas dengan lem G.
“Tapi bisa juga potongan batu itu dibuat serbuk, baru kemudian ditempel di kanvas. Biasanya ini untuk bagian laut atau langit,” urainya.
Sejak menjadi pelukis batu, ada sekira 25 lukisan yang sudah dibuatnya. Hampir semuanya bertema pemandangan. Jika ingin melukis, biasanya dia memfoto objek, baru kemudian dibuat sketsa.
“Untuk membuat satu lukisan, saya butuh waktu 1-2 minggu. Yang sulit memang menggarap daun dan pohon, karena harus detil,” katanya.
Dari karyanya ini, dia lalu menjualnya dengan harga yang tak murah. Harga termahal adalah lukisan ‘Tanah Lot’ yakni Rp 30 juta. Sedangkan lukisan lain rata-rata dijual Rp 15-25 juta.
“Karena menggarapnya harus detil, sehingga harganya tak murah,” urainya.
Sedangkan lukisan lain yang termasuk unik dan masih jarang digarap adalah lukisan dari bulu ayam.
Seperti pelukis Susmiadi dari Jember, yang sudah menekuni lukisan dari bulu ayam ini sejak 1990an lalu.
Dia ingin mencoba melukis dengan bahan yang selama ini jarang digarap orang. “Ini semacam seni mozaik yang ditempel satu per satu dengan lem,” katanya.
Dengan pasokan dari pedagang ayam, dia bisa membuat lukisan dari empat jenis warna bulu ayam, yakni hitam, coklat, coklat muda dan putih. Bulu-bulu yang ada itu dipotong bagian ujungnya, kemudian ditempel di kanvas.
“Lukisan yang saya buat ini temanya tentang binatang, bisa ayam, kuda, macan dan burung,” urainya.
Dengan menggarap secara detail atau satu per satu, dia membutuhkan waktu antara lima hingga 20 hari untuk menyelesaikan satu lukisan.
Karena unik, maka lukisan bulu ayam ini cukup disukai penikmat seni, baik di Bali hingga luar negeri seperti Kanada dan Belgia.
Dengan bahan yang masih jarang digarap, maka dia menjual lukisan dengan harga Rp 2,5 juta hingga 15 juta.
“Lukisan yang mahal ini dilihat dari luasan kanvas dan objek lukisannya,” pungkasnya.