Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gelar Lomba Mewarnai Cara Tim Tanggap Ibukota DKI Trauma Healing Puluhan Anak Pengungsi Palu

Untuk mengurangi duka dan rasa trauma mereka, Tim Tanggap Ibukota DKI melakukan trauma healing. Khusus bagi anak-ank, berupa lomba mewarnai

Penulis: Yanuar Nurcholis Majid
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Gelar Lomba Mewarnai Cara Tim Tanggap Ibukota DKI Trauma Healing Puluhan Anak Pengungsi Palu
Dok. Diskominfotik Pemprov DKI Jakarta
Tim Tanggap Ibukota DKI melakukan trauma healing di Universitas Al-Khairaat 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Nurcholis Majid

TRIBUNNEWS.COM, PALU - Bencana alam selalu menyisakan duka mendalam, termasuk kalangan ibu dan anak-anak.

Untuk mengurangi duka dan rasa trauma mereka, Tim Tanggap Ibukota DKI melakukan trauma healing. Khusus bagi anak-ank, berupa lomba mewarnai.

Baca: Mengintip Aktivitas Korban Gempa dan Tsunami Setelah Dua Pekan Mengungsi di Masjid Agung Palu

Hal itu yang dilakukan oleh Tim Tanggap Ibukota pagi ini, Senin (15/10) di Universitas Islam Al-Khairaat, Palu.

Sebelumnya, tim mendapat informasi dari warga, Ibu Nopi (60), mengenai adanya posko pengungsi di universitas tersebut.

Laporan tersebut langsung ditindaklanjuti oleh Komandan Satgas Damkar DKI, Sunaryo, untuk dilaporkan ke Komandan Satgas Bencana DKI Salman Ansori.

Setelah survei ke lokasi pengungsi, akhirnya pada pagi ini, Tim Tanggap Ibukota DKI mengirimkan tim trauma healing yang terdiri dari Satpol PP, BPBD DKI, dan BAZIS DKI.

Berita Rekomendasi

Sebagian besar dari personil tim adalah wanita, sehingga diharapkan bisa lebih dekat ke anak-anak.

“Saya dulunya sebelum pensiun adalah petugas Damkar Kota Palu, kebetulan kenal dengan orang Damkar DKI. Jadi, saat ada bencana seperti ini kita langsung koordinasi dan ternyata benar di lokasi pengungsian di universitas ini banyak anak-anaknya yang bisa dilibatkan,” jelas Nopi.

Ibu Nopi menjelaskan, para pengungsi ini sebagian besar berasal dari Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat yang tinggal tepat samping jembatan kuning Kota Palu.

“Mereka memilih lokasi ini, karena cukup tinggi dan jauh dari laut,” jelas Nopi

Sementara, menurut penjelasan dari Wakil Rektor II Muhammad Yasin, jumlah pengungsi yang ada di Universitas Al-Khairaat sebanyak 50-60 Kepala Keluarga (KK).

“Tapi, jumlahnya keseluruhan bisa lebih dari 100 orang. Sejauh ini kami masih terus koordinasi dengan RT setempat. Di sisi lain, mulai hari ini pula kampus sudah berjalan seperti biasa," ujar Yasin.

"Sehingga, kami harus antisipasi jangan sampai ada gesekan antara mahasiswa dengan pengungsi, mengenai kebutuhan toilet, parkir, dan sebagainya,” sambung Yasin.

Selain mewarnai, berbagai permainan juga dihadirkan diantaranya memasang Balok, puzzle, dan tepuk semangat.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas