Kiai Afifuddin: Kiai Berpolitik untuk Kawal Negara Agar Tak Salah Langkah
Banyaknya pro dan kontra kiai dan pesantren yang memberikan dukungan dalam politik praktis cukup menjadi pembicaraan di tahun politik 2018-2019.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR - Banyaknya pro dan kontra kiai dan pesantren yang memberikan dukungan dalam politik praktis cukup menjadi pembicaraan di tahun politik 2018-2019.
Banyak yang menilai bahwa agama dan politik tidak boleh dicampuradukkan. Namun KH Afifuddin Muhajir, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi`iyyah Sukorejo Situbondo, menolak tanggapan itu.
Pria yang tergabung dalam Jaringan Kiai Santri Nasional (JKSN) mendukung Jokowi-Kiai Ma'ruf ini mengatakan pandangan itu harus diluruskan.
"Yang perlu diluruskan pesantren dijadikan sarana politisasi agama itu hukumnya haram. Tapi pesantren mengawal politik dengan agama itu hukumnya wajib," kata Kiai Afif, Senin (22/10/2018).
Begitu juga Nahdhatul Ulama. Menggunakan NU sebagai alat kepentingan politik menurutnya adalah hal yang haram.
Tapi ia menegaskan NU wajib mengawal politik supaya ke depan negara dan politik yang digunakan dalam negara tidak keliru.
"Menjadikan kiai untuk kepentingan tertentu itu haram. Tapi kiai wajib mengawal politik. Agar negara tak salah langkah," ucapnya.
Kiai Afif mengatakan, dalam memilih calon pemimpin ada yang harus diperhatikan. Jika calon pemimpinnya muslim, maka dilihat bagaimana salatnya. Apakah mendirikan salat atau tidak.
"Kalau salatnya tidak baik lalu apa yang bisa diharapkan. Tipe orang itu ada tiga, orang yang diketahui baiknya, orang yang diketahui buruknya, dan orang yang tidak diketahui baik buruknya," ucapnya. Untuk bisa menilai, maka harus dilihat bagaimana kesehariannya.
Lalu bagaimana dengan calon presiden 2019? Menjawab itu Kiai Afif mengaku berteman dengan kedua calon presiden dalam Pilpres 2019.
"Keduanya adalah teman saya, yang satunya saya tahu dia salat. Yang satunya saya belum pernah lihat dia salat," ucap kiai yang dikenal tinggi keilmuannya ini.
Menurutnya, menjadi tim sukses hukumnya bisa boleh dan bisa tidak boleh. Tepatnya tidak boleh kecuali bagi mereka yang yakin calon yang didukung itu lebih baik daripada calon lain. Ataupun yang didukung itu lebih ringan buruknya dari calon yang lain.
Hal senada juga disampaikan oleh Kiai Asep Syaifuddin Chalim. Tokoh promotor JKSN untuk Jokowi-Ma'ruf ini meyakini bahwa dari segi keagamaan, Jokowi sudah lolos sebagai calon pemimpin yang baik.
"Kalau saya menyaksikan sendiri bagaimana Jokowi salat dari jarak tiga meter di tempat thawaf. Saat itu sedang jamaah bersama imamnya Kiai Hasyim Muzadi, salat beliau baik," kata kiai Asep.
Bahkan dikatakan Kiai Asep cara salat Jokowi sudah mengalahkan santri yang tidak tamat. Dimana saat posisi sujud, kedua jari kedua telapaknya menghadap kiblat.
"Kalau salatnya baik, maka baiklah semua amal-amalnya, tanggung jawabnya," pungkas Kiai Asep.