Fenomena Travel Gelap di Pekanbaru, Penumpang Bisa Nego Harga hingga Merasa Aman karena Kenal Sopir
Sebuah mobil plat hitam berhenti di pinggir Jalan Raya Pekanbaru-Bangkinang, tepatnya simpang Jalan Garuda Sakti.
Editor: Hendra Gunawan
Dia menuturkan, jika berangkat dengan jumlah orang banyak harga bisa diskon.
"Misalnya sama keluarga ada beberapa orang, biasanya dapat korting harga," ujarnya.
Henny tahu jika resiko menaiki mobil travel ilegal ini besar, jika sampai terjadi kecelakaan, atau hal lain yang tak diinginkan.
"Ya itu tadi, karena kita sudah percaya sama sopirnya, jadi rasa khawatir itu berkurang. Alhamdulillah selama ini belum ada mengalami kejadian kecelakaan atau yang gimana-gimana," sebut dia.
Senada dengan Henny, warga lainnya, Irvan mengatakan, awal mula dia bisa menumpang mobil travel gelap ini, lantaran informasi dari temannya.
Hanya saja menurut Irvan, kini dia sudah tak menggunakan jasa travel non resmi yang menjadi langganannya itu lagi.
"Nomornya sudah tak bisa dihubungi lagi. Sekarang saya kalau pulang kampung pakai travel resmi," ungkapnya.
Tribunpekanbaru.com berhasil mewawancarai seorang mantan sopir travel ilegal.
Sebut saja namanya Zul.
Dulu, ia pernah menjadi sopir travel ilegal Pekanbaru-Pasaman.
Dalam lingkungan mereka, sopir travel gelap disebut juga dengan istilah Joker.
Namun, sudah sejak 4 tahun belakangan, ia memilih bergabung ke sebuah Perusahaan Otobus (PO) di Pekanbaru, menjadi sopir travel resmi.
"Awalnya saya hanya coba-coba jadi sopir travel dengan memanfaatkan mobil pribadi. Terlebih ketika itu situasi ekonomi sedang sulit," ungkap Zul kepada Tribun, Sabtu (10/11/2018).
Waktu itu, ia baru saja berhenti bekerja sebagai pelayan di sebuah rumah makan.
Dikisahkan bapak dua anak ini, selain mesti memenuhi kebutuhan keluarganya, ia juga harus membayar angsuran bulanan mobil.