Remigo Berutu: Bupati Dari Keluarga Terpandang di Kabupaten Miskin
Pada usia 38 tahun, tahun 2007, ia sudah menjadi wakil bupati, dan tiga tahun kemudian, menduduki jabat bergengsi, bupati/kepala daerah
Editor: Hendra Gunawan
Setelah lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti di Jakarta, Remigo menempuh pendidikan magister/master ke La Trobe University di Melbourne, Australia, lulus 2000.
Selain telah terjun ke dunia politik, sebagai bupati selama dua periode, Remigo juga aktif di partai politik besutan Susilo Bambang Yudhoyono, yakni Partai Demokrat. Ia menjabat Ketua DPC Partai Demokrat Pakpah Bharat sejak tahun 2010.
Setidaknya tiga saudara kandung Remigo terjun ke panggung politik praktis. Selain Immanuel Berutu, dua kakaknya yakni Jenny RL Berutu dan Eddy Kelleng Ate Berutu, adalah politisi tulen.
Jenny duduk sebagai anggota DPRD Sumatera Utara 2014-2019 dari Fraksi Partai Demokrat. Pada Pilpeg 2019, dia lompat pagar ke Partai Nasdem.
Adapun Eddy KA Berutu, abangnya Remigo adalah pengusaha yang terjun ke Partai Hanura. Pada Pilkada Kabupaten Dairi, 27 Juni 2018, pasangan Eddy KA Berutu-Jimmy AL Sihombing menang atas pasangan calon Depriwanto Sitohang-Azhar Bintang.
Eddy menumbangkan Depriwanto Sitohang, putra bupati petahana Dairi, Johnny Sitohang Adinegoro.
Kabupaten Dairi yang terkenal sebagai produsen kopi Sidikalang, adalah kabupaten induk, sebelum pemekaran Pakpak Bharat, terbentuk pada tanggal 28 Juli 2003. Sidikalang adalah ibu kota Kabupaten Dairi.
Dalam beberapa kali pertemuan dan berdiskusi dengan Remigo, kurun waktu 2017-2018, mengemuka keinginan kuat memajukan Kabupaten Pakpak Bharat, yakni daerah 'termiskin' di Sumatera Utara, setelah Kabupaten Samosir.
Dua kabupaten tersebut merupakan daerah dengan pendapatan asli daerah dan APBD terkecil di Sumatare Utara, kurang dari Rp 1 triliun.
Dalam kunjungan ke Salak, Pakpak Bharat pada November 2017, hamparan ilalang dan semak belukar tampak kiri kanan jalan dari Sidikalang. Tampak tumbuh-tumbuhan hasil pertanian konvensional yakni perladangan darat, seperti ubi kayu, jagung, nenas.
Tampak beberapa perkebunan jeruk, atau kopi, namun sekilas relatif gersang, tidak seperti pertanian di Berastagi (Kabupaten Karo) atau Kabupaten Simalungun.
Tidak tampak sama-sekali pusat kesibukan kawasan industri. Tidak ada pusat keramaian, seperti mal, atau pasar swalayan atau pasar modern lainnya.
Tak terlihat pusat jajanan kuliner dengan enaka menu pilihan. Juga tidak ada pusat hiburan bioskop maupun arena permainan.
Pusat perkantoran Pemkab dan DPRD Pakpak Bharat berdiri di lereng pegununan, dengan bangunanyang terletak terpisah-pisah, berjarak sekitar 2 kilometer dari Salak. Pemandangan di Salak, pun jauh dari kesan kota, melainkan masih lebih mirip ibu kota desa.