Kisah Bidan Susilawati Menolong Warga Bersalin Mesti Jalan 6 Jam, Tapi Ada Kerinduan Tersendiri
Yang sangat sulit ketika perjuangan menolong persalinan di bawah kaki Gunung Hauk Dayak Pitap Halong, Balangan
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, PARINGIN - Di tempat di wilayah terpencil Dayak Pitap Halong dan Kecamatan Tebing Tinggi, Balangan Kalsel, sebagai bidan, Susilawati, Am. Keb harus menempuh usaha ekstra keras.
Ia mesti menjalani berbagai perjuangan, terutama menaklukkan medan saat menuju lokasi rumah warga.
Kepada banjarmasinpost.co.id ia mengatakan perjuangan selama menjadi bidan untuk menolong persalinan sangat beragam.
Menurutnya, ada yang mudah, sedang bahkan sangat sulit.
Yang sangat sulit ketika perjuangan menolong persalinan di bawah kaki Gunung Hauk Dayak Pitap Halong, Balangan, ketika itu ada seorang ibu hamil (bumil) yang mau melahirkan, sudah pasti untuk ke sana harus berjalan kaki.
"Dan jarak yang ditempuh sekitar 6 jam perjalanan, jadi saat itu jam 5 sore saya di temani suami pasien dan seorang ibu menuju ke sana, dengan membawa alat persalinan seadanya, dan sebuah colok/obor dan senter," ujarnya.
Lebih lanjut menurutnya, ia pun berjalan dan mendaki hutan, sampai di tempat-pondok ibu yang ingin melahirkan tersebut jam menunjukkan setelah 12 malam.
"Tanpa pikir panjang lagi langsung saya melakukan persiapan pertolongan persalinan dan saya bersyukur proses persalinan berjalan lancar dan aman, sedangkan bayi dan ibu dalam keadaan sehat dan selamat," pungkasnya.
Meski demikian, kebiasaan melayani warga ini menjadi semacam kerinduan tersendiri bagi Susilawati.
Masyarakat wilayah terpencil seperti tempat Susilawati menjalankan tugas pelayanan sebagai bidan, yaitu di Tebing Tinggi rupanya masih menjunjung tinggi sebuat tradisi atau adat.
Tradisi atau adat tersebut bernama palas bidan.
"Yaitu memberikan sesuatu kepada bidan usai ada warga yang melahirkan," ujar Susilawati, Am. Keb kepada banjarmasinpost.co.id.
Lebih lanjut disebutkannya, ia pernah mendapatkan beras, pisang, kelapa serta gula merah
Menurutnya, dalam adat warga setempat itu wajib hukumnya dan tidak boleh ditolak saat warga memberikan itu.
"Jadi bidan (saya) saat itu diundang ke rumah pasien yang habis melahirkan, kemudian saya dirituali oleh seorang balian/toga disana dengan berbagai macam sesajin dan dedaunan kemudian dibacakan mantra-mantra," katanya.
Yang pada intinya mantra itu berisi ucapan syukur atas kelahiran bayi mereka, sekaligus menebus anak dari bidan, yang menurut kepercayaan warga sebelum dilakukan palas bidan, anak yang dilahirkan masih menjadi milik bidan.
"Dengan acara palas bidan tersebut mereka resmi menebus si bayi dari tangan bidan," tutupnya. (banjarmasinpost.co.id/muhammad elhami)
Artikel ini telah tayang di banjarmasinpost.co.id dengan judul Tradisi Palas Bidan, Susilawati Dikasih Beras, Pisang, Kelapa dan Gula Merah Usai Bantu Persalinan