Citarasa Unik Kopi dari Lereng Merapi Merbabu Tinggalan Belanda, Manis Tanpa Gula
kopi peninggalan jaman Belanda ini memiliki rasa unik jika dibandingkan dengan kopi lainnya. Rasa manis yang tercipta mesti tanpa gula
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, BOYOLALI – Meminum kopi, sekarang sudah menjadi suatu rutinitas bagi para pecinta kopi.
Di Kabupaten Boyolali sendiri, ternyata terdpat beberapa jenis kopi endemik daerah di lereng Gunung Merapi dan Merbabu.
Salah satu jenis kopi unik yang tumbuh subur di kawasan Desa Banyuanyar, Kecamatan Ampel.
Varietas kopi jenis robusta ini sering disebut masyarakat sekitar dengan Kopi Nangka.
Merupakan kopi peninggalan jaman Belanda ini memiliki rasa unik jika dibandingkan dengan kopi lainnya.
Rasa manis yang tercipta mesti tanpa dikonsumsi menggunakan gula.
Melihat keunikan yang dimiliki kopi nangka, masyarakat setempat yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Banyuanyar mulai mengolah biji kopi agar memiliki nilai tambah.
Salah satunya dengan mengolah biji kopi menjadi minuman kopi penuh cita rasa seperti di kedai kopi saat ini.
Ketua Gapoktan Desa Banyuanyar, Meri mengungkapkan apresiasinya untuk melestarikan kopi yang mulai jarang ditemui padahal kopi tersebut punya keunikan dan khas tersendiri.
“Sehingga kopi disini akan lestari sesuai dengan apa yang akan diharapkan. Ternyata kopinya lebih enak dan lebih menyenangkan, harumnya harum nangka, sehingga khasnya lebih enak lagi. Sehingga itu perlu dilestarikan petani, sekarang serentak untuk membudidayakan kopi,” jelasnya saat ditemui pada Senin (10/12/2018).
Selain untuk melestarikan kopi Nangka, dengan cara tersebut dinilai lebih mensejahterakan masyarakat sekitar.
Hal tersebut karena memang masyarakat sekitar hanya menjual kopi dalam bentuk kopi biasa di pasar dengan harga yang murah sekitar antara Rp 12.000 hingga Rp16.000.
“Yang menjadi keunikan lain, masyarakat semakin senang karena harganya semakin meningkat. Harganya kopi yang sudah roasting itu Rp 20.000. Sekarang sudah pemesanan rosting dari luar daerah,” ungkapnya.
Pihaknya juga turut mengimbau pada masyarakat agar menanam kopi secara organik pada lahan sekitar 15 hektar kebun kopi yang ada di Desa Banyuanyar.
Kulit kopi dipakai untuk makanan ternnak, dan dari kotoran ternak digunakan untuk pupuk kopi sehingga menjadi kopi organik. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.