Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hiruk Pikuk Pasar Malam Itu Berubah Jadi Teriakan Minta Tolong, Sukirno: Untung Dilarang Pergi

Rabu (26/12/2018) siang, mata kapten Kapal Wisata Pulau Umang di Kecamatan Sumur Pandeglang bernama Sukirno

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Hiruk Pikuk Pasar Malam Itu Berubah Jadi Teriakan Minta Tolong, Sukirno: Untung Dilarang Pergi
Tribunnews/JEPRIMA
Suasana dampak tsunami selat sunda di Desa Sumber Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten, Rabu (26/12/2018). Di perkampungan nelayan itu tampak rumah-rumah penduduk hancur dan perahu-perahu nelayan pun berserakan di segala penjuru. (Tribunnews/Jeprima) 

Namun, kegembiraan dan hiruk-pikuk pengunjung di pasar malam tersebut berubah seketika menjadi kepanikan pada sekitar pukul 21.30.

Teriakan kegembiraan anak-anak yang menikmati wahana permainan lenyap seketika berubah menjadi pekikan minta tolong. Semua orang pun panik dan lari pontang-panting menyelamatkan diri.

Begitulah cerita Aep (34), warga Sumur saat menceritakan menit demi menit saat tsunami Selat Sunda di wilayahnya pada Sabtu malam.

"Semua orang berteriak-teriak, ibu memanggil anaknya. Anak memanggil ibu nya, sudah enggak tahu lagi, semua gelap," kata Aep.

Aep bercerita, malam itu tidak ada sama sekali tanda-tanda akan datang gelombang tsunami. Semua tampak biasa saja, pun demikian dengan gelombang air laut.

Namun, Aep mengakui listrik sempat padam beberapa menit sebelum tsunami datang. Aep pun mengaku lari terbirit-birit begitu melihat ada gelombang air makin mendekat ke dirinya. "Tiba-tiba gelombang langsung naik, tidak bersuara," ujar dia.

Setelah selama di tempat yang lebih tinggi, Aep menyaksikan pasar malam tempatnya dia berada sebelumnya sudah luluh lantah tersapu gelombang tsunami dalam beberapa menit.

Berita Rekomendasi

Pun demikian dengan rumah-rumah yang berada di tepi pantai.

"Saya sempat kembali ke kedai bakso saya di pinggir pantai, berharap ada yang tersisa. Nyatanya habis semua," ujar Zainuddin.

Saat tim Tribuin menyambangi lokasi pasar malam itu, hanya tersisa kincir angin alias bianglala yang masih berdiri. Sejumlah bangunan di sekitarnya telah roboh tak berbentuk.

Bahkan, ada rumah yang masih berdiri dengan lubang besar di dindingnya.

Selain itu, belasan kapal nelayan juga terlihat terdampar di tepi pantai. Dua alat berat juga tampak terus bekerja membersihkan puing di jalan yang berada di tepi pantai.

"Kami sudah mulai bekerja dari jam 7 tadi, meminggirkan sampah-sampah biar enggak nutup akses jalan," ujar ahmed, salah satu relawan. (tribun network/ryo/yan/coz)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas