Rute Penerbangan Lampung-Jakarta Dialihkan, Maskapai Diimbau Menghindari Jalur yang Melalui GAK
Pihak Airnav sudah mengeluarkan Notam terkait pengalihan rute penerbangan yang tidak bisa dilewati pesawat.
Editor: Dewi Agustina
Potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini adalah lontaran material pijar, aliran lava dari pusat erupsi, dan awan panas yang mengarah ke selatan yang bisa menyebabkan gelombang tinggi di sekitar kompleks Gunung Anak Krakatau.
Sedangkan sebaran abu vulkanik tergantung dari arah dan kecepatan angin.
Sejauh 15 Km
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga mengimbau maskapai untuk tidak melintas di sekitar Gunung Anak Krakatau.
Pengamat dan Prakirawan Cuaca BMKG Natar Lampung Selatan Rahmat Subekti mengungkapkan, berdasarkan pengamatan radar dan citra satelit abu vulkanik yang keluar dari GAK mencapai 10 km hingga 15 km dan bahkan bisa lebih dari itu.
"Sebaran abu vulkanik sendiri mengikuti arah angin. Belakangan terpantau menuju ke arah barat daya dan semalam sempat mengarah ke selatan dan timur. Sehingga beberapa abu mencapai ke Serang, Banten dan Cilegon," kata Rahmat.
Baca: Yuuka Watanabe Anak orang Kaya di Jepang 5 Kali Ditangkap Polisi terkait Kasus Pemerkosaan
Sebaran abu vulkanik yang tidak menentu karena mengikuti arah angin tersebut, jelas Rahmat, bisa mengganggu penerbangan khususnya di jalur-jalur penerbangan.
"Kalau di wilayah bandara sendiri belum terganggu dengan adanya peningkatan semburan abu vulkanik ini. Sehingga bandara masih beroperasi normal. Tetapi saat pesawat sedang dalam perjalanan, berpotensi terganggu dengan adanya abu vulkanik ini," jelas Rahmat.
BMKG sudah memberikan imbauan kepada maskapai untuk menghindari jalur penerbangan yang melalui GAK. Terutama, saat arah angin sedang bertiup kencang.
"Kami juga selalu memberikan informasi kepada pihak bandara dan maskapai sehingga mereka bisa mengetahui ke arah mana abu vulkanik terbang," papar Rahmat.
Radius 5 Km
Kepala Pos Pantau GAK di Desa Hargo Pancuran Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan Andi Suardi mengatakan, karena peningkatan status ini, tidak boleh ada nelayan, pengunjung dan juga aktivitas lain dalam radius 5-6 kilometer dari GAK.
Berdasarkan data Rabu (26/12/2018), secara visual GAK tidak bisa teramati dengan jelas karena tertutup kabut.
Dari data Magma VAR, kata dia, teramati gempa tremor terus-menerus dengan amplitudo 9-35 mm (dominan 25 mm).
Selanjutnya, ada debu vulkanik dengan intesistas tebal berwarna hitam berketinggian 200-500 meter dan suara dentuman terdengar sampai pos pantau.
"GAK juga teramati mengeluarkan awan panas ke arah selatan yang sudah mencapai lautan," terang Andi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.