Asep Lari Kencang Membawa Adiknya ke Arah Gunung saat Sang Kakak Teriak 'Ada Tsunami'
Sesampainya Asep di luar rumah, Asep kaget melihat ombak setinggi lebih dari lima meter menerjang kawasan Pelelangan Ikan Labuan.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dwi Putra Kesuma
TRIBUNNEWS.COM, LABUAN - Asep (15) yang tengah tertidur pulas di atas kasur empuk di dalam kamarnya, tiba-tiba terbangun usai kakak perempuannya berteriak histeris.
"Sep bangun ada tsunami, bangun Sep," ucap Asep mengulang perkataan kakak perempuannya ketika membangunkannya.
Sontak, Asep pun langsung lompat dari kamarnya dan berlari ke luar dari dalam rumahnya yang ada di kawasan Pelelangan Ikan, Labuan, Pandeglang, Banten.
Sesampainya Asep di luar rumah, Asep kaget melihat ombak setinggi lebih dari lima meter menerjang kawasan Pelelangan Ikan Labuan.
Tak langsung melarikan diri, Asep pun kembali masuk ke dalam rumah untuk membangunkan adik kecil perempuan Sela yang masih tertidur pulas.
Baca: Tak Hanya Aa Gym, Band Wali Juga Siap Urus Yumna, Anak Bungsu Aa Jimmy
Kemudian, Asep pun langsung lari bersama Sela ke arah gunung untuk menyelamatkan diri.
"Saya langsung bangunin adik Sela, terus lari sekencang-kencangnya ke arah gunung," kata Asep kepada TribunJakarta.com, Sabtu (29/12/2018).
Ketika berlari, ia pun menuturkan sudah tidak melihat kakak perempuan dan kedua orang tuanya lagi.
Ia pun terpisah dengan keluarganya, dan terus berlari mengikuti warga yang panik berhamburan ke arah dataran tinggi.
Baca: Karyanto Tiba-tiba Tengkurap di Atas Rel saat KA Tegal Bahari Melintas, Nyawanya pun Tak Tertolong
"Teteh udah gak tau kemana, emak sama bapak juga gak tahu kemana, saya cuma berdua Sela terus lari ikut tetangga," imbuhnya.
Setibanya di gunung, Asep sangat bersyukur bisa berjumpa kembali dengan seluruh anggota keluarganya.
Namun, kawasan tempat Asep tinggal porak poranda diterjang tsunami Selat Sunda yang menerjang wilayah Pandeglang, Banten, pada Sabtu (22/12/2018) silam.
Ia menuturkan, keluarganya masih enggan kembali ke rumah, meskipun rumahnya tetap berdiri kokoh dan hanya sempat terendam air setinggi dua meter.
"Masih belum berani kang, kalau siang gini berani nengok rumah. Kalau sudah malam mending balik ke pengungsian di gunung, masih takut," ujar Asep kepada TribunJakarta.com.