Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bermula dari Hobi, Haryo Kini Jadi Pembuat Bumerang yang Banyak Dicari Pembeli dari Luar Negeri

sejak tahun 2003 dirinya mulai mempelajari cara penggunaan bumerang, dari menerbangkan hingga dapat memproduksi sendiri.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Bermula dari Hobi, Haryo Kini Jadi Pembuat Bumerang yang Banyak Dicari Pembeli dari Luar Negeri
TRIBUN JATENG/ M NAFIUL HARIS
Pengrajin Bumerang Haryo Widhi Pangarso (54) sedang mengerjakan proses akhir pembuatan bumerang di rumahnya Komplek Perum Taman Puri Sartika Blok B.23, Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Selasa (8/1/2019). 

Soal harga, ia mematok termurah Rp 10 ribu sedang termahal berkisar diangka dua juta lebih.

Dikatakannya, untuk harga paling tinggi rata-rata pesanan para kolektor dan terbuat dari kayu pohon jati maupun jambu yang secara bentuk sudah melengkung hanya tinggal difinishing supaya mampu diterbangkan.

"Biasa kolektor menyebut jenis bumerang seperti itu natural elbow. Jadi alamiah dan susah cari bahan bakunya," paparnya.

Sementara atlet kebanyakan, mencari dengan kriteria khusus seperti bumerang mampu diterbangkan sejauh 20 meter dan dapat kembali.

Kemudian lanjutnya, kategori bumerang yang dapat melayang lama di udara hingga berbahan material daur ulang terutama bagi pemula.

"Misalnya bambu yang dipadu dengan kertas seperti pembuatan layang-layang. Tapi kebanyakan model semacam itu sebagai bahan pelajaran di kelas," sambungnya.

 Haryo berharap olahraga bumerang kelak dapat menjadi cabang olahraga resmi yang diakui Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).

Berita Rekomendasi

Menurutnya, ilmu penerbangan yang diajarkan di sekolah-sekolah masih minim.

Selain itu, olahraga melempar juga terbatas.

"Jadi kalau lempar lembing kan olahraga tapi tidak mengenai sasaran seperti tolak peluru dan cakrampun demikian. Sedang bumerang ini tergolong baru," harapnya.

Diluar kesibukan memproduksi bumerang manakala mendapat pesanan, ia juga tercatat sebagai dosen pengampu mata kuliah khusus bumerang di Universitas Negeri Semarang (Unnes).

Masih belum bersatunya antar pecinta bumerang dinilai menjadi kendala utama menjadikan bumerang sebagai cabang olahraga resmi.

Perasaan masih takut ketika bermain Boomerang juga dianggap jenis olahraga ini kurang populer.

"Secara keilmuan masuk ke aerodinamika. Untuk membuat bumerang saat diterbangkan bisa kembali harus berimbang panjang kayu dan tingkat ketebalan. Jadi banyak manfaat ketika dipelajari," cetusnya

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas