Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Telur Penyambung Asa Buruh Tani

Bantuan 50 ekor ayam kampung petelur unggul yang dirawatnya sejak 6 bulan lalu, mulai bertelur.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Telur Penyambung Asa Buruh Tani
Ist/Tribunnews.com
Petani Cici 

TRIBUNNEWS.COM, TASIKMALAYA - Matahari pagi kini terasa lebih bersinah cerah bagi Cicih dan keluarga.

Kehidupan Cicih, seorang buruh tani di Desa Kiarajangkung, Kecamatan Sukahening, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, menjadi lebih baik.

Bantuan 50 ekor ayam kampung petelur unggul yang dirawatnya sejak 6 bulan lalu, mulai bertelur.




Ketika itu, ayam yang merupakan bantuan Kementerian Pertanian (Kementan) masih berupa Day Old Chik (DOC), atau bibit ayam.

Bersama DOC, Ibu Cicih dan suaminya yang juga buruh tani menerima bantuan kandang sederhana, pakan, obat-obatan.

“Dapat ayam 50 ekor sama kandang, sama pakan, obat-obatan sepaket semuanya. Sebelumnya belum pernah pelihara ayam, diajarin sama Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) gimana caranya pelihara,” kenang Cicih.

Sejak itu juga, Ibu Cicih dan suaminya bersungguh-sungguh merawat dan membesarkan.
Where there is a will, there is a way. Ibu Cicih membuktikan bunyi pepatah bijak ini. Ayam-ayam yang dipeliharanya dengan tekun, mulai menghasilkan.

BERITA TERKAIT

Bukan hanya telur yang bisa dikonsumsi sendiri, tetapi juga mendatangkan rupiah. Karena telur-telur yang dikumpulkan bisa dijual.

“Setelah enam bulan bertelur. Sehari ada tujuh, ada lima butir, nggak tentu jumlahnya. Yang besar dikumpulin yang kecil dimakan. Yang besar kalau sudah banyak saya jual. Seminggu bisa dapat 30 telur, dijual ke Bumdes Rp 1.500 per butir,” ujar Cicih.

Tiga orang cucu Cicih kini bisa lebih rutin mengkonsumsi telur kecil yang tidak dikumpulkannya untuk dijual. Dengan begitu asupan gizinya di masa pertumbuhan pun menjadi lebih baik.

Sebelum memelihara ayam kampung petelur unggul bantuan Kementan, pendapatan Cicih dan suaminya tak menentu. Bergantung ada tidaknya orang yang meminta bantuan. Saat tidak ada lahan yang digarap, maka tak ada pendapatan.

“Dulu mah kerjanya mah cuma buruh tani, nunggu ada yang nyuruh. Nggak punya sawah nggak punya apa. Dulu mah cuma dapat Rp 20 ribu sehari. Sekarang alhamdulillah Rp 40 ribu sehari. Apalagi ada ini bantuan ayam petelur,” kata Cicih.

Nilai bantuan 50 ekor ayam kampung petelur unggul, barang kali tak seberapa bagi warga di perkotaan. Tetapi tidak bagi Cicih, yang kini merasa masa depan kehidupannya sudah jauh lebih baik.

“Terimakasih sekali Bapak Menteri, Bapak Presiden, sudah dikasih bantuan. Terimakasih sekali,’ Nggak susah-susah amat sekarang. Bisa ngasih cucu ongkos sekolah. Nggak punya uang bisa jual telur. Terimakasih sekali,” ucap Cicih lirih.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas