Bogor Street Festival, Menyatukan di Tengah Keberagaman
Pemkot Bogor memandang bahwa BSF ini adalah kegiatan seni dan budaya yang berjalan sudah lama.
Editor: Content Writer
Wali Kota Bogor Bima Arya menjawab surat seruan kelompok yang mengatasnamakan Forum Muslim Bogor (FMB) terkait larangan bagi Umat Islam untuk mengikuti aksi budaya Bogor Street Festival (BSF) yang akan digelar 19 Februari 2019 mendatang.
Dalam sebuah konferensi pers bersama Muspida, Majelis Ulama Indonesia (MUI), tokoh lintas agama, budayawan dan seniman, Bima Arya menegaskan bahwa BSF merupakan simbol persatuan di tengah keberagaman warga Kota Bogor yang dibalut dalam pesta rakyat.
“Ada yang mengatasnamakan FMB. Mereka menyatakan surat terbuka yang pada intinya tidak menyetujui adanya Bogor Street Festival. Kami merasa perlu untuk menyampaikan kepada publik mengenai posisi Pemkot Bogor di sini. Ini menyakut juga atas nilai-nilai kebersamaan dan keberagaman yang diyakini oleh kita sebagai warga Bogor dari masa ke masa,” ungkap Bima di Balaikota Bogor, Senin (28/1/2019).
Pertama, kata Bima, Pemkot Bogor memandang bahwa BSF ini adalah kegiatan seni dan budaya yang berjalan sudah lama.
“Tidak bisa diasosiasikan kepada satu agama tertentu, di sini aspek kebudayaan lebih menonjol. Di dalamnya terdapat beragam kegiatan budaya, tidak saja dari Bogor tapi juga dari nusantara. Dimeriahkan juga penampilan dari komunitas dan dibuka oleh doa lintas agama,” jelasnya.
Bima menyatakan, bahwa semakin banyak kalender event pariwisata di Kota Bogor makan akan semakin baik pula untuk pergerakan roda perekonomian di kota hujan ini.
“Kami punya agenda kesenian dan kebudayaan tahunan seperti Helaran. Semakin banyak kegiatan budaya semakin baik untuk Kota Bogor. Kegiatan ini penggerak ekonomi rakyat. Berdasarkan data kami, tingkat hunian hotel naik, ekonomi kecil bergerak, sektor jasa wisata kuliner bergerak dengan cepat. Ini cara yang memberikan keberkahan untuk warga,” beber dia.
Poin lain yang disampaikan Bima Arya adalah bahwa BSF merupakan local wisdom yang harus terus dipelihara ditengah isu-isu perbedaan yang mengoyak kebersamaan warga.
“Bogor Street Festival ini kami meyakini sebagai ajang pemersatu karena bersatunya yang beragam tadi. Ketika elemen yang berbeda secara etnis, keyakinan, status sosial berkumpul di titik itu kita merasakan kebersamaan dalam keberagaman. Inilah yang maksud Dinu Kiwari Ngancik Nu Bihari, Seja Ayeuna Sampereun Jaga,” katanya.
Mengenai pernyataan FMB yang menyebut BSF bisa melunturkan akidah umat Islam, Bima Arya tak sependapat dengan itu. Menurut Bima, akidah seseorang tidak bisa dinilai akan berkurang atau luntur hanya sebuah perayaan kebudayaan.
“Kalau ada pernyataan bahwa kegiatan ini berdampak kepada Akidah, izinkan saya untuk menyampaikan suatu pandangan bahwa hal itu terlalu menyederhanakan keyakinan kita. Terlalu sempit rasanya ketika kehadiran dikaitkan dengan akidah. Insya Allah akidah kita kepada agama yang kita anut tidak akan luntur,” katanya.
Bima juga menyebut bahwa BSF dari tahun ke tahun selalu dihadiri tokoh-tokoh nasional. “Apakah akidah seorang Ahmad Heryawan (mantan Gubernur Jabar/kader PKS) luntur ketika menghadiri BSF ini setiap tahun? Apakah akidah Presiden Jokowi luntur ketika ikut merayakan keberagaman budaya di Indonesia? BSF juga pernah dihadiri Menteri Pariwisata, Menteri Agama dan sejumlah tokoh lainnya,” pungkas Bima. (*)