Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Muspida, MUI hingga Tokoh Lintas Agama Dukung Aksi Budaya Bogor Street Festival

Mereka sepakat bahwa Bogor Street bukan milik agama atau etnis tertentu, hanya saja momennya bertepatan dengan perayaan Cap Go Meh (CGM).

Editor: Content Writer
zoom-in Muspida, MUI hingga Tokoh Lintas Agama Dukung Aksi Budaya Bogor Street Festival
Pemkot Bogor
Wali Kota Bogor Bima Arya di Balaikota Bogor, Senin (28/1/2019). 

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bogor KH Mustofa Abdullah Bin Nuh sependapat dengan pernyataan Wali Kota Bogor Bima Arya mengenai aksi budaya Bogor Street Festival 2019.

Ia sepakat bahwa Bogor Street bukan milik agama atau etnis tertentu, hanya saja momennya bertepatan dengan perayaan Cap Go Meh (CGM).

“Ketahuilah bahwa rumah besar umat Islam adalah MUI, di dalamnya terhimpun ormas-ormas Islam. Terkait pernyataan Forum Muslim Bogor (FMB) tentang kegiatan CGM yang dikemas sebagai acara Bogor Street Festival, menurut saya sesuatu yang sudah melewati batas dan menimbulkan keresahan,” tegas pria yang akrab di sap Kyai Toto itu di Balaikota Bogor, Senin (28/1/2019).

Apa yang disampaikan FMB, lanjut Kyai Toto, menjadi ancaman yang dapat mengoyak kebersamaan, kerukunan antar etnis dan agama di Kota Bogor yang selama ini sudah terjalin dengan baik.

“Bogor Street Festival merupakan kegiatan seni budaya. Tidak berkaitan dengan agama maupun etnis tertentu. Ini sudah menjadi milik kita. Contoh perayaan CGM di Aceh yang menerapkan peraturan daerah (perda) syariah, melibatkan gadis-gadis berjilbab dalam aksi barongsainya dipadukan dengan tarian tradisional khas sana,” kata dia.

Kyai Toto juga mengutip pesan putri KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Anita Wahid yang menyampaikan kepada Gus Durian saat acara haul Gus Dur di Balaikota Bogor (25/1) lalu.

“Tidak akan luntur akidah kita ketika kita menghormati keyakinan orang lain. Ketika Rasulullah mengunjungi orang Yahudi, apakah akidah beliau luntur?,” terang Toto.

Berita Rekomendasi

Dalam kesempatan yang sama, Dandim 0606/Kota Bogor Letkol Czi Aji Sujiwo menyebut, sudah menjadi takdir bangsa Indonesia hidup beraneka ragam dan berdampingan, dari Sabang sampai Merauke semua berbeda.

“Sebagai warga negara yang baik semua dituntut saling menghargai dan menghormati. Jangan mudah terpengaruh suara yang bisa mempengaruhi kerukunan dan keberagaman yang ada. Harapan saya, kita semua bisa jadi agen perubahan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Jangan mudah terprovokasi informasi yang belum jelas dari mana asalnya. Sikapi dengan arif, jangan remehkan akidah seseorang, jangan campur adukan agama dan seni budaya,” tegasnya.

Sementara itu, Wakapolresta Bogor Kota AKBP Adiwijaya menegaskan sudah menjadi tugas kepolisian bersama TNI dalam memberikan rasa aman dan kenyamanan bagi warga.

“Harapan saya tidak ada kelompok tertentu yang mengganggu maupun menggagalkan kegiatan tersebut karena tujuannya semata-mata menggiatkan dan melestarikan ragam budaya di Kota Bogor sebagai pemersatu bangsa,” pungkasnya.

Sebelumnya, Wali Kota Bogor Bima Arya menjawab surat seruan kelompok yang mengatasnamakan Forum Muslim Bogor (FMB) terkait larangan bagi Umat Islam untuk mengikuti aksi budaya Bogor Street Festival (BSF)  yang akan digelar 19 Februari 2019 mendatang.

Dalam sebuah konferensi pers bersama Muspida, Majelis Ulama Indonesia (MUI), tokoh lintas agama, budayawan dan seniman, Bima Arya menegaskan bahwa BSF merupakan simbol persatuan di tengah keberagaman warga Kota Bogor yang dibalut dalam pesta rakyat.

“Ada yang mengatasnamakan FMB. Mereka menyatakan surat terbuka yang pada intinya tidak menyetujui adanya Bogor Street Festival. Kami merasa perlu untuk menyampaikan kepada publik mengenai posisi Pemkot Bogor di sini. Ini menyangkut juga atas nilai-nilai kebersamaan dan keberagaman yang diyakini oleh kita sebagai warga Bogor dari masa ke masa,” ungkap Bima di Balaikota Bogor, Senin (28/1/2019).

Mengenai pernyataan FMB yang menyebut BSF bisa melunturkan akidah umat Islam, Bima Arya tak sependapat dengan itu. Menurut Bima, akidah seseorang tidak bisa dinilai akan berkurang atau luntur hanya sebuah perayaan kebudayaan.

“Kalau ada pernyataan bahwa kegiatan ini berdampak kepada Akidah, izinkan saya untuk menyampaikan suatu pandangan bahwa hal itu terlalu menyederhanakan keyakinan kita. Terlalu sempit rasanya ketika kehadiran dikaitkan dengan akidah. Insya Allah akidah kita kepada agama yang kita anut tidak akan luntur,” katanya.

Bima juga menyebut bahwa BSF dari tahun ke tahun selalu dihadiri tokoh-tokoh nasional. “Apakah akidah seorang Ahmad Heryawan (mantan Gubernur Jabar/kader PKS) luntur ketika menghadiri BSF ini setiap tahun? Apakah akidah Presiden Jokowi luntur ketika ikut merayakan keberagaman budaya di Indonesia? BSF juga pernah dihadiri Menteri Pariwisata, Menteri Agama dan sejumlah tokoh lainnya,” pungkas Bima. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas