Tarunanya Tewas Dianiaya Senior, ATKP Bilang ke Orang Tua Korban Jatuh di Kamar Mandi
Hanya gara-gara helm, Muhammad Rusdy (21) tega menganiaya hingga mengakibatkan juniornya, Aldama Putra Pangkolan (19) tewas.
Editor: Hendra Gunawan
"Cukuplah anak saya ( Aldama Putra Pangkolan) yang seperti ini, jangan lagi ada generasi-generasi berikutnya yang menjadi korban seperti ini," kata Pelda Daniel.
ATKP Makassar Berbelasungkawa
Pihak ATKP Makassar berbelasungkawa atas tewasnya Aldama Putra Pangkolan.
"Tentu kami merasa sangat kehilangan yang mendalam atas kepergian ananda Aldama," kata Pembantu Direktur ATKP Makassar, Irfan kepada Tribun Timur, Selasa.
Walau mengaku kehilangan, Irfan tidak mau menjelaskan banyak soal kejadian penganiayaan menyebabkan Aldama Putra Pangkolan meghembuskan nafas terakhir.
"Tentu kami sampai saat ini merasakan kehilangan, kasus seperti ini baru kali ini terjadi. Kami tidak bisa jelaskan banyak karena polisi sudah tangani," jelasnya.
Pengamat: Kita Prihatin
Menanggapi kejadian tersebut, pengamat pendidikan tinggi, Arismunandar mengaku prihatin dengan masih adanya tindakan senioritas yang berujung pada kematian.
"Kita prihatin sekaligus berduka cita. Fenomena seperti ini, akhir-akhir ini banyak terjadi di institusi yang bersifat kedinasan dan menerapkan cara militeristiik dalam pola pembinaan kahasiswaan," kata Arismunandar, mantan Rektor Universitas Negeri Makassar ( UNM).
"Sebenarnya itu harusnya baik, cuma sistem senioritas itu menjadi masalah, itu dipupuk dan dilestarikan. Ditanamkan superioritas senior terhadap junior yang menyebabkan kekuasaan senior menjadi tak terkendali, celakanya jika itu tak ada kontrol dari manajemen perguruan tinggi," katanya menambahkan.
Lebih lanjut, Arismunandar mengatakan, kejadian seperti ini biasanya di luar kendali manajemen suatu perguruan tinggi, yang seharusnya mampu mengawasi setiap aktivitas mahasiswa atau tarunanya.
"Biasanya jika ada kejadian begini, itu diluar pengawasan dari manajemen perguruan tinggi. Mungkin di luar kontrol, apakah sore atau malam, biasanya seperti itu. Kalau ada pengawasan rutin, pasti tak akan terjadi. Kedua, bukan cuma pengawasan tapi juga penindakan terhadap penyalahgunaan senioritas itu. Saya yakin peristiwa begini bukan sekali atau dua kali terjadi, ini turun temurun dan menjadi budaya baru dalam perguruan tinggi," kata menjelaskan.
Menurut Arismunandar, sistem pembinaan mendisiplinkan mahasiswa dengan cara keras itu yang menjadi masalah, meskipun sebenarnya sejauh masih dalam batas kemampuan masih bisa diterima.
"Tapi kalau sudah sampai meninggal itu berarti sudah di luar batas kewajaran. Ada kesan bahwa pembinaan itu sudah melampaui batas kewajaran dan kepatutan. Pasti tak ada satupun aturan akademik yang membolehkan seperti itu, pasti norma ATKP juga sudah standar, tapi sekali lagi bahwa ini terjadi karena ada unsur penyalahgunaan otoritas kewenngan senior terhadap juniornya. Di ksus lain, biasanya kan cuma masalah sepele yang dilakukan junior yang berakibat pada sanksi keras," katanya.