Sebelum Tewas Tergantung di Jendela, PR Bocah 2,5 Tahun Sudah Tiga Kali Kepergok Hendak Lompat
PR ditemukan tewas tergantung di jendela rumahnya. Pihak keluarga menduga, saat itu PR hendak ke luar rumah dengan cara melompat dari jendela.
Editor: Dewi Agustina
"Hari itu langsung kami laporkan. Tapi, dari polsek langsung disuruh melapor juga ke Polresta. Lalu kami melapor kesana, hari Rabu itu, juga kami langsung buat laporan," ujarnya.
Dari RS Siti Khadijah, jenazah PR sempat dibawa pulang ke rumah oleh pihak keluarga.
Namun, untuk keperluan penyelidikan, akhirnya jenazah dibawa ke RS Bhayangkara untuk menjalani visum.
"Hasilnya juga tidak ada ditemukan tanda-tanda kekerasan. Jadi kami pikir cukup divisum luar saja. Kami kasihan sama PR, dia kan harus cepat dikuburkan. Itulah, langsung kami bawa pulang jenazahnya," ujarnya.
Ditinggal Sendiri
Nuraini (30), ibu kandung PR, bocah 2,5 tahun yang ditemukan tewas tergantung di jendela rumahnya, hanya bisa pasrah namun juga merasa sangat menyesalkan kenyataan pahit yang harus dihadapinya.
Baca: Dukung Aksi Santri Demo Fadli Zon, MUI Kota Sukabumi: Dia Sangat Menghina Ulama
Ibu empat orang anak ini, merasa begitu berat untuk mengikhlaskan kepergian PR, anak bungsu yang juga merupakan anak perempuan satu-satunya dengan cara yang mengejutkan seperti itu.
Diketahui, PR, bocah 2,5 tahun ditemukan tewas tergantung di jendela rumahnya di Jalan Lunjuk Jaya Gang Poli Indah Kelurahan Lorok Pakjo Kecamatan IB I Palembang, Rabu (9/2/2019) sekitar pukul 15.30.
Sebelum kejadian, tepatnya sekitar pukul 15.00 Nuraini mengaku sempat pamit pada anaknya tersebut untuk pergi bekerja menyapu di kantin Universitas Negeri Politeknik (Poltek) Sriwijaya.
"Saya bilang, nak ibu pergi kerja dulu ya. Baik-baik di rumah jangan nakal. Nanti kalau ibu pulang, dibawakan jajanan. Terus dia jawab, iya bu, jangan lama-lama pulangnya, kata dia begitu," ujar Nuraini dengan mata yang berkaca-kaca kepada Tribunsumsel.com, Sabtu (9/2/2019).
Nuraini mengaku sangat sedih harus pergi meninggalkan anaknya yang masih kecil untuk bekerja.
Namun karena tuntutan ekonomi, terpaksa dia harus bekerja demi membantu sang suami dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
"Suami saya kerjanya serabutan, tidak menentu. Sementara kami ada anak-anak yang harus dikasih makan. Jadi saya harus bantu suami cari uang, saya kerjanya nyapu di Poltek sama cari-cari barang bekas untuk dijual," terangnya.
Saat mengetahui kejadian buruk yang menimpa anaknya tersebut, Nuraini begitu panik.
Dia tahu kabar itu dari salah seorang anaknya yang datang ke tempatnya bekerja sembari terus saja menangis mengabarkan kejadian yang menimpa PR.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.