Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Fakta-fakta Jamaah Salat Isya Tewas Dikapak, Alasan Pelaku Tak Logis Hingga Dikaitkan Isu PKI

Korban mengalami luka di bagian belakang kepala akibat bacokan kapak besar pembelah kayu atau disebut patik.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Fakta-fakta Jamaah Salat Isya Tewas Dikapak, Alasan Pelaku Tak Logis Hingga Dikaitkan Isu PKI
Tribun Jabar/Seli Andina Miranti
Kapolres Sumedang AKBP Hartoyo menunjukkan bukti kondisi kejiwaan pelaku pembunuhan di masjid di Tanjungsari. 

Laporan wartawan Tribun Jabar, Seli Andina Miranti

TRIBUNNEWS.COM, SUMEDANG - Peristiwa pembacokan terhadap seorang yang sedang melaksanakan shalat Isya di Masjid Miftahul Falah di Sukasari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Kamis (14/2/2019) malam, membuat jemaah dan warga sekitar heboh.

Di lokasi kejadian, nampak jenazah Maslikin, korban telah ditutupi oleh karpet sajadah masjid berwarna hijau.

Nampak darah mengotori beberapa titik di karpet sajadah dan lantai keramik berwarna putih

Diduga kuat, darah tersebut merupakan darah dari luka korban.

"Pukul 19.30, kami terima telepon dari Kasubsektor bahwa telah terjadi kasus pembunuhan di sebuah masjid," ujar Kapolsek Tanjungsari, Kompol Deden Mulyana.

Saat ini korban telah dibawa ke Rumah Sakit Sartika Asih untuk penyelidikan lebih lanjut.

Berita Rekomendasi

Ternyata, pelaku pembacokan, Kurnaevi, yang juga tetangga korban, mengidap ganguan jiwa.

Alasan pembacokan pun tidak logis. Berita pemcakoan ini juga menjadi viral di media sosial dan dikaitkan dengan isu PKI.

Berikut fakta-fakta pembacokan jemaah shalat Isya di Sumedang;

1. Saksi Tak Mendengar Teriakan

Peristiwa pembunuhan yang terjadi di Masjid Miftahul Falah yang terletak di Sukasari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Kamis (14/2/2019) malam, membuat jemaah sangat terkejut.

Pasalnya, mereka tak menyangka akan terjadi peristiwa berdarah saat melaksanakan kegiatan reguler mereka di masjid.

Hal ini disampaikan salah satu saksi, Kurnia (45), ketika dihubungi Tribun Jabar, Jumat (15/2/2019).

"Kaget, tidak menyangka pak Maslikhin mengalami hal seperti itu, karena kan kami sedang salat, sembahyang biasa," ujar Kurnia.

Kurnia menceritakan, ketika kejadian, dirinya dan jemaah yang lain, termasuk korban, sedang melaksanakan salat Isya.

Di rakaat pertama, salat berlangsung seperti biasa, namun pada saat rakaat kedua, tiba-tiba ada orang yang jatuh di jajaran paling kanan.

Ilustrasi
Ilustrasi (Net)

"Saat dilihat, ada orang sudah tergeletak, mengeluarkan darah, salat langsung berhenti," ujar Kurnia.

Kurnia menceritakan, tak ada suara teriakan ataupun suara keras sebelum korban jatuh dan tergeletak bersimbah darah.

"Hanya saat dilihat, ternyata dibacok pakai patik (kampak besar untuk memotong kayu)," ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, sebuah peristiwa pembunuhan menggegerkan warga Sukasari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Kamis (14/2/2019) malam.

Seorang pria tewas dibacok saat sedang melaksanakan salat Isya di Masjid Miftahul Falah, Sukasari, Kecamatan Tanjungsari.

Baca: Yusuf Mansur: Beda Pilihan Politik, Jangan Saling Mencela

Di lokasi kejadian, nampak jenazah korban telah ditutupi oleh karpet sajadah masjid berwarna hijau.

2. Pelaku Pembacokan Mengidap Ganguan Jiwa

Pelaku pembacokan di Masjid Miftahul Falah, Sukasari, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang, Kamis (14/2/2019), sudah menderita gangguan kejiwaan selama bertahun-tahun.

Pelaku berinisial KN mengalami gangguan jiwa setelah bercerai dengan istrinya beberapa tahun lalu.

Hal ini disampaikan Edi Sukandi, dokter jiwa yang pernah menangani KN, ketika ditemui Tribun Jabar di Mapolres Sumedang, Jumat (15/2/2019).

"Dia sudah menderita penyakit (mental) sejak tiga tahun yang lalu, tapi baru berobat pada 2018 ," ujar Edi Sukandi.

Edi Sukandi mengatakan, KN hanya pernah berkonsultasi padanya sebanyak dua kali, padahal, seharusnya pelaku berkonsultasi setidaknya sebulan sekali.

Selama tidak berobat ke dokter, katanya, kemungkinan keluarganya membawa KN berobat pada 'orang pintar' dan ajengan.

"Konsultasi hanya dua kali, karena keterbatasan ekonomi tidak dilanjutkan," ujar Edi Sukandi.

Sebetulnya, kata Edi Sukandi, ia sudah memberitahu keluarga, bila belum juga sembuh, maka harus dirawat di rumah sakit.

"Saya sudah usulkan sebenarnya bahwa dengan BPJS juga bisa, tapi susah," ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, sebuah peristiwa pembunuhan menggegerkan warga Sukasari, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang, Kamis (14/2/2019) malam.

Seorang pria tewas dibacok saat sedang melaksanakan salat Isya di Masjid Miftahul Falah, Sukasari.

3. Pelaku Lari ke Pemakaman

Keheningan di Dusun Salam, Desa Sindangsari, Kecamatan Sukasari, Kamis (14/2/2019) malam pecah.

Dari sebuah masjid kejadian menggemparkan terjadi.

Baca: Pesawat Lion Air Tergelincir di Bandara Supadio, Ini Deretan Insiden Lion Air dalam Sepekan Terakhir

Saat itu, salat Isya baru masuk rakaat kedua di Mesjid Miftahul Falah, sekitar pukul 19.30.

Seorang makmum bernama Maslikin alias Mas (54) ambruk dengan kepala bocor dan bersimbah darah.

Salat Isya yang diikuti sembilan orang di masjid kaki Gunung Manglayang batal dan jemaah segera menolong korban.

“Salat Isya diikuti sembilan orang dan saat masuk rakaat kedua, saya mendengar suara jatuh ternyata salah seorang makmum,” kata Iwan (42) salah seorang makmun di masjid tersebut kepada polisi.

Melihat ada makmun jatuh ke belakang, salat dihentikan dan jemaah salat Isya melihat korban yang sudah bersimbah darah di bagian kepala.

Jemaah salat sempat melihat korban masih bernapas saat diberi pertolongan tapi tak lama kemudian nyawa korban melayang.

Kapolres Sumedang AKBP Hartoyo mengatakan korban mengalami luka di bagian belakang kepala akibat bacokan kapak besar pembelah kayu atau disebut patik.

“Korban dibacok dari arah belakang ketika sedang salat Isya dan ada saksi yang melihat pelaku kabur keluar dari dalam masjid,” kata AKBP Hartoyo di Mapolres Sumedang, Jumat (15/2/2019).

Polisi yang mendapat laporan langsung melakukan penyelidikan dan berasil mengidentifikasi pelaku pembacokan bernama Kurnaevi alias Ea (36) yang bertetangga dengan korban.

“Sekitar pukul 21.00, pelaku berhasil diamankan saat sedang mengaji surat Yasin di pemakaman umum Desa Cilayung, Kecamatan Jatinangor yang berbatasan dengan Desa Sindangsari,” kata Kasatreskrim AKP Dede Iskandar, Jumat (15/2/2019).

Bagaimana reaksi Kurnaevi saat ditangkap dan apa proses hukum selanjutnya? Anda bisa membacanya di Harian Umum Tribun Jabar edisi Sabtu (16/2/2019).

4. Pelaku Mengaku Kesal Tak Dihargai

Tersangka pembunuhan di masjid di Sumedang, Kurnaevi alias Ea, terus menunduk dan terlihat mengantuk di ruang unit kejahatan dengan kekerasan (Jatanras) Reskrim Polres Sumedang, Jumat (15/2/2019) siang.

Pembunuhan itu terjadi di Masjid Miftahul Falah, Dusun Salam Desa Sindangsari, Kecamatan Sukasari, Kamis (15/2/2019) sekitar pukul 19.30 WIB.

Mata pria berbadan tegap yang hanya lulus SD ini beberapa kami terpejam tapi kemudian terbuka.

“Saya kenal dengan korban, tetanggaan dan kerap ke masjid bersama untuk salat dan mengaji,” kata Kurnaevi alias Ea saat ditanya Tribun, Jumat (15/2/2019).

Ia mengaku kesal, marah, dan tak dihargai dengan jemaah masjid karena suka terburu-buru kalau salat berjamaah sehingga hanya memberikan sedikit waktu untuk salat sunah.

“Saya kesal, marah, dan tak dihargai,” katanya pendek.

Sebelum kejadian pembunuhan, pelaku baru pulang dari Bandung bersama adiknya setelah mengerjakan pembuatan kanopi, Kamis (14/2/2019) sore.

“Dia baru datang dari Bandung dan baru buka puasa. Dia rajin puasa Senin-Kamis, minum seteguk air kemudian ke masjid ikut salat Magrib dan sempat mengaji,” kata Kasatreskrim AKP Dede Iskandar di Mapolres, Jumat (15/2/2019).

Pelaku datang lagi ke masjid saat mau salat Isya dan ternyata salat sudah berlangsung.

Kurnaevi kembali lagi ke rumahnya yang tak jauh dari masjid dan mengambil patik atau kapak besar pembelah kayu.

Ia masuk lagi ke dalam masjid melalui pintu samping sebelah kiri. Di dalam masjid tersangka mengayunkan patik dengan kedua tangan dan menebaskan ke bagian belakang kepala korban sebanyak dua kali.

Baca: Heboh Mayat Ditemukan Tanpa Identitas dengan Kondisi Mengenaskan di Tengah Sawah di Gresik

“Dibacok dua kali,” katanya dengan kepala tertunduk.

Korban ambruk dan pelaku kabur ke rumah menyimpan patik kemudian lari ke pamakaman umum Desa Cilayung.

Kejiwaan Kurnaevi terganggu sejak pernikahannya kandas tahun 2011.

“Kakak saya stress dan sering melamun, kadang suka marah-marah dan mengamuk. Dia stres sejak bercerai dengan istrinya,” kata adik tersangka yang mendapinginya di Mapolres.

Menurut keluarganya, korban sempat bekerja di Bekasi tapi kerjanya tidak fokus dan sering melamun.

“Saya ajak dia bekerja mengerjakan pembuatan kanopi, kalau sedang bekerja memang sering melamun,” katanya.

Baca: Sudah Ada Caleg di Pemalang yang Sudah Keluarga Duit Rp 4,5 Miliar Hanya Untuk APK

Sebelumnya, dokter jiwa mengatakan Kurnaevi mengalami halusinasi akibat gangguan psikologi.

Hal ini disampaikan Edi Sukandi, dokter jiwa yang pernah menangani KN, ketika ditemui Tribun Jabar di Mapolres Sumedang, Jumat (15/2/2019).

Edi Sukandi mengatakan, Kurnaevi memiliki rasa curiga yang berlebihan. Inilah yang menyebabkan pelaku mengambil sikap agresif.

"Rasa curiga yang berlebihan itu yang kadang-kadang melakukan hal-hal yang di luar nalar diri sendiri," ujar Edi Sukandi.

Edi Sukandi bercerita, pada konsultasi pertama, pelaku diketahui memiliki sifat agresif yang berasal dari rasa curiganya yang berlebihan.

Pada pertemuan kedua sekaligus terakhir, rasa curiga KN tidak ditemukan, tetapi KN justru menjadi berhalusinasi dan mendengar bisikan-bisikan pada telinga.

"Bisikan ini lebih berbahaya lagi karena ada dorongan untuk dilakukan," ujarnya.

Baca: 3 Promo Burger King Februari 2019, Pilih Pesan 2 Menu Ayam atau Burger Cuma Rp 20 Ribu

Kurnaevi, lanjutnya, seharusnya meminum obat agar bisikan-bisikan tersebut bisa hilang namun Edi tidak tahu obat tersebut diminum Kurnaevi atau tidak.

5. Pembacokan di Masjid Dikait-kaitkan Isu PKI

Berita mengenai peristiwa pembunuhan Maslikin yang terjadi di Masjid Miftahul Falah, Sukasari, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang, Kamis (14/2/2019) malam, beredar cepat di media sosial.

Sayangnya, tak semua informasi disebarkan dengan data-data yang akurat, beberapa postingan di media sosial justru dibumbui isu PKI.

Seperti yang ditemukan di media sosial Facebook, salah seorang pengguna Facebook memposting informasi mengenai peristiwa pembunuhan tersebut sambil menuliskan "Waspada!! Indikasi nyata PKI mulai bangkit..".

Postingan tersebut pun dilengkapi dengan foto yang mengandung kekerasan karena memperlihatkan foto korban yang terluka parah dan berdarah-darah.

Menanggapi hal ini, Kapolres Sumedang telah memberikan ultimatum bagi para penyebar hoaks tersebut.

"Silakan sebar hoaks, silakan sebarkan berita bohong, nanti saya tangkap," ujar Kapolres Sumedang, AKBP Hartoyo, ketika ditemui Tribun Jabar di Mapolres Sumedang, Jumat (15/2/2019).

Kapolres Sumedang itu pun mengingatkan para penyebar hoaks bahwa jejak digital tidak akan bisa hilang.

"Tinggal tunggu saja, nanti akan kami lakukan tindakan hukum," ujar AKBP Hartoyo.

Sebelumnya diberitakan, sebuah peristiwa pembunuhan menggegerkan warga Sukasari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Kamis (14/2/2019) malam.

Seorang pria tewas dibacok saat sedang melaksanakan shalat Isya di Masjid Miftahul Falah, Sukasari. (Seli Andina Miranti)

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul 5 Fakta Pembacokan Jemaah Shalat Isya di Sumedang, Alasan Pelaku Tak Logis Hingga Dikaitkan Isu PKI

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas