5 Peluru Bersarang di Wajah Harry, Orang Utan yang Terjebak di Kebun Sawit Kawasan Singkil
Tim menemukan 5 peluru bersarang di wajah Harry, orang utan yang ditemukan di kebun sawit warga.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Tim Human Orangutan Conflict Rescue Unit (HOCRU) dari Orangutan Information Centre (OIC) bekerjasama dengan tim gabungan yang terdiri dari Tim BKSDA Aceh dan Tim WCS, kembali menyelamatkan satu individu orangutan berjenis kelamin jantan dari Desa Paya Bumbum, Kecamatan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil.
Orang utan Sumatera (Pongo abelii) yang diberi nama Harry ini ditemukan terisolasi di perkebunan sawit milik masyarakat.
Informasi yang diterima tim HUCRU OIC dari masyarakat, orang utan tersebut terjebak di kebun sawit dan butuh pertolongan sehingga perlu dievakuasi.
"Tim HOCRU OIC bersama tim gabungan berhasil mengevakuasi orang utan yang terjebak tersebut," kata Koordinator HOCRU OIC, Krisna dalam siaran persnya kepada Serambi, Sabtu (16/2/2019).
Dia menjelaskan, tim melakukan penangkapan melalui proses pembiusan. Mengingat orang utan tersebut berada di atas pohon, maka di bawahnya disiapkan jaring khusus untuk menampung tubuh primata tersebut saat jatuh.
"Proses evakuasi ini harus sangat hati-hati dan butuh kecermatan," ujarnya.
Orang utan bernama Harry itu selanjutnya ditandu dan dimasukkan ke dalam kandang khusus untuk kemudian dilepaskan kembali ke hutan.
Berdasarkan pemeriksaan kesehatan umum, ujar Krisna, Harry diperkirakan berumur sekitar 25 tahun.
"Yang mengejutkan, ditemukan 5 peluru masih bersarang di wajahnya. Selain kondisi tersebut, secara keseluruhan kondisi kesehatannya baik sehingga dapat dilepas kembali ke hutan langsung di hari yang sama," kata Krisna.
Koordinator Human and Orangutan Conflict Response Unit (HOCRU) dari Orangutan Information Center (OIC), Krisna kembali mengimbau kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam melestarikan orang utan.
Ia meminta masyarakat agar melaporkan ketika menemukan adanya orang utan yang terjebak di kawasan perkebunan sawit dan perkebunan warga.
"Sangat diharapkan bagi semua pihak untuk tidak memelihara orang utan ataupun satwa yang dilindungi, agar satwa liar kita bisa hidup aman di kawasan hutan," imbaunya.
Populasi Orangutan Sumatera di hutan-hutan Aceh telah mengalami penyusutan yang cukup tajam.
Salah seorang peneliti orang utan, Ibrahim Ketambe memperkirakan, telah terjadi penyusutan populasi hampir mendekati 50 persen dalam kurun waktu 20 tahun terakhir.
"Terjadi penurunan populasi orang utan sekitar 49 persen, dari 279 individu (ekor) sekitar 20 tahun lalu, menjadi 137 individu," ungkap pria yang akrab disapa Bang Him ini kepada Serambi, Minggu (3/2/2019).
Perkiraan angka populasi tersebut diketahui berdasarkan survei metode sampling (petak contoh dengan luasan ratusan hingga 1.600 hektare), meliputi metode transect, sensus sarang, dan temuan langsung orangutan di lapangan.
Penelitian dilakukan di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) dan Ulu Masen, serta seluruh cakupan kantung populasi Orangutan Sumatera.
"Rata-rata terjadi penurunan yang sangat signifikan. Tertinggi terjadi di kantung habitat orangutan di Stasiun Penelitian Suaq Balimbing, Rawa Tripa, Stasiun Penelitian Soraya, dan yang paling tragis terjadi Trumon Asal," ungkap Ibrahim.(yos)
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Lima Peluru Bersarang di Wajah Harry