Perang Dagang AS-China Jadi Berkah bagi Sampoerna Kayoe, Permintaan Barang ke Luar Negeri Meningkat
PT Sumber Graha Sejahtera atau Sampoerna Kayoe mendapat berkat tersendiri dengan adanya perang dagang antara AS dengan Tiongkok.
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNNEWS.COM - Adanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok (Cina) membuat perusahaan di dalam negeri justru mendapatkan berkah tersendiri.
Hal itu dialami PT Sumber Graha Sejahtera atau Sampoerna Kayoe yang selama ini menjadi suplier furniture ke berbagai negara di belahan dunia, di antaranya AS, Eropa, Jepang dan Korea.
"Justru kita (perusahaan dalam negeri), dapat berkah karena permintaan meroket," ungkap Head Of Corporate Log Procurement PT Sumber Graha Sejahtera atau Sampoerna Kayoe, Tio I Huat, saat Gathering Pemasok Andalan di Harris Hotel & Conventions Solo, Minggu (10/3/2019)
Baca: Tahun 2019, Sampoerna Kayoe Targetkan Sebar 3 Juta Bibit Pohon di Penjuru Indonesia
Menurut Tio, pihaknya tetap tidak terlena dengan peningkatan permintaan dari pasar manca setelah perang dagang antara AS dan Cina mulai terjadi pada 2018 lalu.
Karena selain pesaing di pasar dunia berupa Cina, tetapi ada lawan yang tidak bisa dianggap enteng seperti Vietnam, Kamboja dan Myanmar.
"Memang kita sudah jadi international player, tetapi kita harus lebih keras lagi agar nilai ekspor semakin besar," ungkapnya.
"Semakin ekspor besar, bisa memberi devisa kepada negara lebih banyak lagi kan," ujar dia menegaskan.
Bahkan lanjut dia, untuk menyongsong pasar dunia yang terbuka, Sampoerna Kayoe menargetkan peningkatan penjualan barang jadi dari 800 ribu menjadi 900 ribu meter kibik per tahun.
"Salah satunya adalah peningkatan kemitraan dengan pemasok kayu dari lahan masyarakat yang kita bantu bibit," jelasnya.
"Kalau sampai tahun 2018 kita punya mitra 1,2 juta orang atau kelompok, maka tahun ini bisalah ke 1,6 juta mitra," tuturnya berharap.
Untuk itu bagi perusahaan yang menaungi 13 ribu karyawan tersebut, menurut dia bahwa pasar ekspor Sampoerna Kayoe bisa perlahan meningkat seiring perkembangan dari tahun ke tahun.
"Sekarang baru 50:50 lah, antara ke pasar domestik dan ke pasar ekspor," tuturnya.
"Bahkan kita menjadi yang terbesar di Asia Tenggara," jelas dia. (Tribunsolo.com/Asep Abdullah Rowi)