Isu Kiamat Ponorogo Makin Viral, Gubernur Khofifah Minta Kemenag Temui Katimun Penyebar Ajaran Aneh
Isu Kiamat Ponorogo Makin Viral, Gubernur Khofifah Minta Kemenag Temui Katimun Penyebar Ajaran Aneh
Editor: Mujib Anwar
Isu Kiamat Ponorogo Makin Viral, Gubernur Khofifah Minta Kemenag Temui Katimun Penyebar Ajaran Aneh
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa minta Kepala Kantor Kementerian Agama di Ponorogo segera turun langsung menangani kasus isu kiamat yang meresahkan warga Ponorogo dan semakin viral.
Khofifah ingin agar Kepala Kantor Kemenag Ponorogo menggali lebih dalam, sebetulnya apa yang terjadi di kelompok masyarakat asal warga Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo, yang sampai berbondong-bondong pindah ke Kabupaten Malang gara-gara isu kiamat.
"Tadi malam saya sudah kornfirmasi ke Kakankemenag Ponorogo, supaya bisa konfirmasi ke pimpinan mereka. Ini kan satu case (kasus), tapi siapa tahu ada titik lain yang terinformasi hal yang sama tapi nggak sampai pindah seperti 52 orang warga itu," kata Khofifah saat diwawancara di Gedung DPRD Jawa Timur, Kamis (14/3/2019).
Sebelumnya, Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni menyatakan, bahwa orang yang menyebarkan isu kiamat dari rumah ke rumah adalah Katimun, seorang warga warga Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo, yang menyebarkan ajaran aneh.
"Yang membawa ajaran ini ke Ponorogo atau ke Desa Watu Bonang itu, warga kita nanya Katimun. Jadi intinya mereka mengatakan kiamat sudah dekat," tegasnya, Rabu (13/3/2019).
Para pengikut yang ikut ajaran Katimun ini diminta menjual aset-aset yang dimiliki, untuk bekal di akhirat, atau dibawa dan disetorkan ke pondok.
"Para jamaah harus salat lima waktu di masjid," imbuh Ipong Muchlissoni.
Khofifah melanjutkan, dengan menyisir dan mengkonfirmasi secara langsung ke kelompok masyarakat tersebut, akan bisa terdeteksi bagaimana kronologis kejadian sampai-sampai 52 warga Ponorogo nekat pindah ke Malang dan menjual murah aset mereka.
Berdasar berita, hal itu dilakukan lantaran ketakutan bahwa wilayah tempat tinggal mereka yang bakal lebih dulu terjadi kiamat.