Kisah Perjuangan Disabilitas Asal Banyumas yang Mahir Membuat Wayang, Ingin Bertemu Jokowi
Sudah 17 tahun lamanya, Nardi lebih banyak menghabiskan waktu berada di atas kasur. Separuh anggota tubuhnya bagian bawah tak bisa digunakan
Editor: Sugiyarto
Mulai dari pengobatan urut tradisional dan orang-orang pintar. Tetapi hasilnya tetap saja nihil.
Nardi mengaku sempat begitu putus asa dan hilang semangat.
Sempat mengalami stres dan patah arah hingga berencana untuk mengemis saja di pasar Banyumas.
Dalam sebuah percakapan Nardi mengungkap kesedihannya kepada ibunya Narpen.
"Ma, apa mending dewek ngemis bae yuh neng pasar go nguripi mangan sedina-dina (Bu apa lebih baik kita mengemis saja di pasar untuk membiayai makan kita sehari-hari)," ucap Nardi kepada ibunya Narpen.
"Aja lah, sapa sing arep mbopong koe, mamake ya ora kuat di (Jangan lah, siapa nanti yang mau mengangkat mu ke pasar, ibu tidak kuat)," jawab Narpen.
Gejolak batin tersebut tidak semua orang dapat menghadapinya.
Bagi sebagian orang mungkin justru memanfaatkan kekurangan fisik yang mereka alami untuk mengemis dan mendulang rupiah. Tapi tidak bagi Nardi.
Di tengah kondisi yang dilematis tersebut akhirnya dia menyibukkan diri dengan melakukan hobi kesukaanya, yaitu menggambar.
Semenjak SD dia memang suka menggambar dan belajar banyak tentang tokoh pewayangan.
Kurang lebih 3 tahun setelah dia terjatuh dari pohon kelapa, dia mulai membuat kerajinan wayang yang terbuat dari kertas karton.
Langkah pertama yang dia lakukan adalah dengan menggambar sketsa wayang di kertas karton.
Setelah itu kerangka wayang yang sudah di gambar dipotong, diukir, dan dilapisi cairan minyak.
Barulah setelah itu proses pengecatan yang begitu detail.