Mbak Tutut Ajak Umat Muslim Merawat Ukhuwah yang sudah Terjalin dan Hindari Ujaran Kebencian
Mbak Tutut berpesan kepada jamaah agar senantiasa menjaga tali silaturahmi, memperkuat persatuan dan kesatuan
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Putri sulung Presiden RI ke-2 Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana yang akrab disapa Mbak Tutut mengunjungi Pondok Pesantren Majlis Al Ihya, Bogor, Jawa Barat, Ahad (14/4) pagi.
Ia datang bersama putrinya, Danty Indriastuti dan kedua cucunya Farel serta Akhtar.
Turut hadir pula Siti Hutami Endang Adiningsih atau akrab disapa Mamiek Soeharto.
Mereka datang untuk menghadiri Majelis Ahad Pagi Al Ihya.
Mbak Tutut dan keluarga tiba di lokasi sekitar pukul 07.47 dan langsung disambut para jamaah.
Pada kesempatan itu, Mbak Tutut juga diminta memberikan tausiah.
Mbak Tutut berpesan kepada jamaah agar senantiasa menjaga tali silaturahmi, memperkuat persatuan dan kesatuan.
Baca: Raffi Ahmad Ungkap Kondisi Rumah Tangganya ke Walikota Bogor, Bima Arya
"Di sini tempatnya ilmu Allah. Kita datang ke sini untuk bersilaturahmi, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia," kata Mbak Tutut dalam keterangan tertulisnya, Minggu (14/4/2019).
Mbak Tutut mengimbau kepada jamaah khususnya, dan umat Islam pada umumnya agar merawat ukhuwah yang sudah terjalin dan menghindari ujaran kebencian.
"Jaga ukhuwah ummat Islam tanpa menjelekkan orang lain. Kita tetap harus berbuat baik untuk dilihat Allah bahwa kita sangat Islami," imbuhnya.
Selepas majelis, keluarga Soeharto itu diajak meninjau kondisi dan fasilitas pesantren dipandu pimpinan pesantren KH Abdul Qodir Nurhasan.
Pantauan di lokasi, pesantren ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap, mulai dari ruang belajar, masjid, asrama, perpustakaan, hingga kolam renang dan peternakan ikan.
Mbak Tutut pada kesempatan tersebut juga membawa buku-buku untuk dihibahkan kepada para santri.
"Kita mau kasih buku supaya bisa menambah wawasan," tutur Mbak Tutut.
Saat melihat fasilitas peternakan ikan, Mbak Mamiek juga berniat memberikan pupuk berteknologi nano bernama Brigadio.
"Nanti kita sumbang ke sini agar bisa mengembangkan pertanian berbasis pesantren," ujarnya.